Bahan Bakar Kendaraan
Hidrogen, khususnya hidogen hijau (green hydrogen), merujuk situs https://theconversation.com/bahan-bakar-hidrogen-dari-air-bagaimana-keunggulan-dan-kelemahannya, diproduksi melalui proses elektrolisis air menggunakan energi terbarukan. Gas hidrogen dianggap layak menjadi kandidat bahan bakar kendaraan karena hanya menghasilkan emisi berupa air.
Berbeda dengan pembakaran energi fosil yang mengeluarkan emisi gas beracun ataupun gas rumah kaca. Di samping itu, hidrogen memiliki kerapatan energi (energy density) sekitar 33,33 kilowatt jam per kilogram, lebih tinggi dari baterai listrik.
Hidrogen sendiri sejatinya bukan sebagai sumber energi, melainkan sebagai pembawa energi. Ini karena energi yang dimiliki dapat dimanfaatkan dengan mudah. Hidrogen dapat dijadikan fuelcell untuk memproduksi listrik. Ini merupakan teknologi yang menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik dan panas untuk berbagai tujuan. Termasuk untuk kendaraan bermotor.
Kendaraan dengan bahan bakar hidrogen hanya membutuhkan waktu 3--5 menit untuk proses isi ulang hingga penuh. Ini jauh lebih cepat dari isi ulang daya baterai pada kendaraan listrik yang perlu waktu 20 menit--1 jam untuk DC fast charging atau 4--10 jam untuk home charging.
Sejauh ini, ada pandangan penggunaan hidrogen untuk kendaraan dinilai kurang efisien. Pasalnya, efisiensi produksi hidrogen dari elektrolisis air saat ini sekitar 75% dan konversi hidrogen ke listrik dalam sel tunam (sel bahan bakar atau fuel cell) sebesar 60%. Angka ini lebih rendah dibandingkan efisiensi energi baterai litium (acap digunakan kendaraan listrik) yang dapat mencapai 80%. Benarkah?
Lebih Hemat dari BBM
Untuk kendaraan bermotor, mengutip pandangan Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra, saat bicara dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, kendaraan berbahan bakar hidrogen lebih hemat apabila dibandingkan dengan kendaraan BBM. Bahkan dibandingkan dengan kendaraan listrik sekalipun.