Sebuah studi yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine mengungkapkan bahwa uap yang dihasilkan oleh vape mengandung berbagai zat kimia berbahaya, termasuk logam berat, partikel ultrahalus, dan senyawa organik volatil.
Zat-zat yang terkandung dalam vape dapat menyebabkan iritasi pada paru-paru, memicu peradangan, dan meningkatkan risiko penyakit paru-paru kronis seperti bronkitis dan emfisema.
Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan vape dan peningkatan risiko kanker paru-paru.
BACA JUGA:Apa Iya, Dengan Merokok Ada Manfaatnya Bagi Kesehatan? Yuk,Cek Faktanya
Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mulai menggunakan vape memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kecanduan nikotin dan beralih ke rokok tradisional.
Karena otak remaja masih dalam proses perkembangan, mereka lebih rentan terhadap efek adiktif dari nikotin.
Banyak produk vape juga dirancang dengan rasa manis dan aroma yang menarik, sehingga semakin menggoda bagi remaja.
Persepsi keliru yang menyatakan bahwa vape lebih aman dibandingkan dengan rokok biasa juga mendorong mereka untuk mencoba perangkat ini.
BACA JUGA:Tidak Perlu Langsung Dicuci ! Ini Cara Ampuh Menyamarkan Bau Asap Rokok Dibaju
BACA JUGA:Potensi Kerugian Negara Akibat Pelanggaran Terkait Rokok Ilegal
Selain itu, pengaruh teman sebaya berperan penting, di mana remaja cenderung meniru perilaku teman-teman mereka, termasuk kebiasaan merokok atau vaping.
Akibatnya, penggunaan vape di kalangan remaja dapat berpotensi menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang dan meningkatkan risiko kematian dini.
Untuk mengatasi isu ini, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan pemerintah, untuk memberikan edukasi yang akurat tentang bahaya vape dan mendukung remaja dalam menjalani gaya hidup yang lebih sehat.
Vape bukanlah solusi yang aman untuk berhenti merokok.
Meskipun mengandung lebih sedikit zat berbahaya dibandingkan rokok konvensional, vape tetap memiliki risiko kesehatan yang signifikan.