Salah satu dampak paling nyata dari krisis energi global adalah lonjakan harga impor energi.
Kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional telah menyebabkan biaya impor Indonesia meningkat tajam.
BACA JUGA:Revisi UU Migas Dukung Investasi Migas dalam Era Transisi Energi
BACA JUGA:Pertumbuhan Ekonomi Hijau Sebagai Investasi Berkelanjutan yang Mendorong Inovasi Sektor Energi
Menurut laporan BPS, nilai impor minyak mentah Indonesia pada tahun 2022 meningkat lebih dari 40% dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal ini memberikan tekanan pada neraca perdagangan dan defisit anggaran.
Selain itu, krisis energi juga mengganggu rantai pasokan, menyebabkan keterlambatan dalam pengiriman barang dan peningkatan biaya logistik.
Banyak importir yang terpaksa mencari sumber alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi, namun harga yang tinggi sering kali membuat pilihan ini menjadi tidak menguntungkan.
BACA JUGA:RI-Jerman Perkuat Kerja Sama Energi Terbarukan
BACA JUGA:PLN Terus Kembangkan Hidrogen untuk Energi Baru Masa Depan
Pengaruh Terhadap Sektor Industri
Krisis energi juga berdampak pada sektor industri di Indonesia.
Banyak industri yang mengandalkan energi, seperti manufaktur dan pengolahan, menghadapi tantangan dalam menjaga produksi karena biaya energi yang meningkat.
Kenaikan harga energi bisa mengakibatkan peningkatan biaya produksi, yang pada gilirannya dapat mendorong kenaikan harga barang dan layanan di pasaran.
Sektor industri kecil dan menengah (IKM) menjadi salah satu yang paling terpengaruh.
BACA JUGA:Gampang Diperoleh! Inilah Rekomendasi Sayuran yang Bantu Luruhkan Lemak Perut, Apa Saja? BACA JUGA:Serius Jamin Ketahanan Energi, Pemerintah Terbitkan Perpres Cadangan Penyangga EnergiBanyak IKM yang tidak memiliki cadangan finansial yang cukup untuk menanggung lonjakan biaya energi.
Sehingga beberapa di antaranya terpaksa mengurangi kapasitas produksi atau bahkan menutup usaha.