Peningkatan harga komoditas utama, seperti minyak sawit dan karet, juga penurunan harga energi seperti minyak mentah ikut andil dalam ekspansi IKI di September.
BACA JUGA: Mendongkrak Kinerja Industri Manufaktur di 2024
BACA JUGA:Prospek Obat Bahan Alam, Momentum Emas Industri Hijau Indonesia
Di samping itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Agustus 2024 menunjukkan peningkatan keyakinan konsumen dengan peningkatan Indeks Penghasilan sebesar 1,5 poin.
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (Durable Goods) juga tetap terjaga pada area optimis, masing-masing sebesar 107,6 dan 111,5, yang menunjukkan terjadinya perbaikan daya beli masyarakat dari Agustus kemarin. Hal ini diduga berdampak pada konsumsi pada September, sehingga mendorong kinerja industri tetap ekspansi.
Adapun subsektor yang mengalami kontraksi, yaitu industri pengolahan lainnya, yang teridentifikasi mengalami penurunan pesanan, baik di luar negeri maupun dalam negeri.
Febri menjelaskan bahwa industri pengolahan merupakan salah satu subsektor yang sangat bergantung pada permintaan khususnya permintaan luar negeri.
BACA JUGA:Tantangan dan Peluang bagi Industri Lokal terhadap Impor Bahan Baku
BACA JUGA:Menyongsong Masa Depan Transportasi Ramah Lingkungan, Dengan Industri Kendaraan Berbasis Listrik
“Kondisi perekonomian negara mitra mempengaruhi pesanan dan harga jual subsektor industri pengolahan lainnya,” jelas Febri. Selain itu, kendala waktu tunggu pengiriman diduga menyebabkan penumpukan persediaan sektor ini.
Meskipun demikian, beberapa sektor mengalami peningkatan nilai IKI, di mana peningkatan terbesar terjadi pada industri barang galian nonlogam sebesar 4,84 poin dibandingkan bulan sebelumnya, dan disusul industri kertas dan barang dari kertas dengan peningkatan nilai IKI sebesar 3,52 poin dibandingkan bulan sebelumnya dan kembali ekspansi setelah sebelumnya kontraksi.
Posisi ketiga adalah industri barang logam, bukan mesin dan peralatan dengan peningkatan nilai IKI sebesar 2,33 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Ketiga subsektor tersebut mengalami ekspansi pada ketiga variabel penyusunnya, meskipun pesanan baru untuk subsektor industri barang logam, bukan mesin dan peralatan mengalami penurunan 1,86.
Lebih lanjut, Febri menjelaskan, beberapa faktor positif yang mempengaruhi IKI pada September, antara lain penguatan nilai tukar rupiah, pertumbuhan investasi khususnya di sektor bangunan seiring dengan penyelesaian proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dan Proyek Strategis Nasional (PSN), serta konsumsi rumah tangga, terutama dari kelas menengah ke atas, yang terus menopang perekonomian.
BACA JUGA:PLN Siapkan Listrik Bersih Layani Pertumbuhan Industri Data Center di Indonesia
BACA JUGA: Menko Marves Tekankan Pentingnya Transisi Energi Berkeadilan dan Pengembangan Industri Hijau
Namun demikian, Febri mengatakan bahwa secara keseluruhan IKI cenderung stagnan, karena belum ada kebijakan signifikan bagi industri manufaktur yang dikeluarkan oleh Kementerian/lembaga lain, misalnya kebijakan merevisi Permendag 8/2024, Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Gas Bumi untuk Kebutuhan Domestik, Peraturan Menteri Keuangan terkait Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) ubin keramik impor dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) kain impor.