Strategi Melesatkan Udang ke Eropa dan Tiongkok
Saat ini pasar utama udang adalah Amerika Serikat. Namun KKP juga terus berupaya meningkatkan ekspor udang selain ke Amerika Serikat, tapi juga ke negara-negara importir, seperti ke Negeri Tirai Bambu. ANTARA FOTO--
Pada 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengejar target produksi 2 juta ton. Tapi tak hanya itu, mereka juga berkomitmen untuk senantiasa memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Melalui penerapan cara budi daya ikan yang baik (CBIB) pada budi daya udang, semangat yang berlandas pada konsep blue economy pun diusung.
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Tb Haeru Rahayu pada saat membuka secara daring kegiatan sosialiasi CBIB dan Gerai Perizinan Sektor Kelautan dan Perikanan di Karawang, Jawa Barat, baru-baru ini menjelaskan ada lima negara utama tujuan ekspor untuk komoditi udang. Di antaranya, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Negara-Negara ASEAN, Jepang, dan Tiongkok.
Saat ini pasar utama udang adalah Amerika Serikat. Namun KKP juga terus berupaya meningkatkan ekspor udang selain ke Amerika Serikat, tapi juga ke negara-negara importir, seperti ke Negeri Tirai Bambu. Tiongkok merupakan mitra dagang potensial Indonesia yang mampu menyerap komoditas seafood seperti udang.
“Pemerintah terus berupaya agar produksi udang Indonesia bisa terus bersaing dengan negara-negara eksportir udang. Dalam strategi pemasaran udang, saya tekankan agar terus perhatikan ketertelusuran (traceability). Kemampuan traceability merupakan aspek terpenting dalam jaminan mutu dan keamanan pangan. Agar produk budi daya seperti udang dapat memenuhi standar internasional dan diterima oleh negara-negara importir seperti Tiongkok,” tegas Haeru.
Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Erwin Dwiyana mengatakan bahwa ekspor perikanan Indonesia pada Januari--Juni 2023 tercatat sekitar 2,8 miliar dolar AS. Berbasis nilai ekspor, komoditas yang paling banyak diekspor setelah udang adalah ikan tuna dan udang windu yang banyak dikirim ke Jepang.
"Ekspor utama adalah udang dengan pasar utamanya itu Amerika Serikat," kata Erwin, pada September lalu.
KKP mencatat pada periode Januari--April 2023, ekspor udang menyentuh angka 567 juta dolar AS, diikuti oleh komoditas tuna-cakalang-tongkol dengan nilai ekspor 282 juta dolar AS, serta cumi-sotong-gurita dengan nilai ekspor 195 juta dolar AS.
BACA JUGA:“Door to Door” Mendongkrak Konversi Motor Listrik
"Cumi, sotong, dan gurita lebih banyak diekspor ke Tiongkok ditambah dengan komoditas rumput laut," ujar Erwin.
Dia mengatakan potensi produksi perikanan di Indonesia dapat menyentuh angka 12 juta ton per tahun. Angka tersebut diprediksi akan terus bergerak dengan adanya berbagai kegiatan di sektor produksi perikanan tangkap dan perikanan budi daya.
Tiongkok sebagai salah satu negara yang memiliki pangsa pasar besar, menerapkan syarat yang begitu ketat bagi eksportir. Kondisi demikian menjadi tantangan agar produksi udang Indonesia diperbolehkan masuk wilayah Tiongkok. Oleh sebab itu harus menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan yang telah ditentukan Tiongkok.
“Melalui penerapan CBIB akan membawa produk asal Indonesia bersaing di pasar internasional. CBIB memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan. Selain itu, jaminan terhadap kelestarian lingkungan yakni memperhatikan aspek kesehatan. Serta mempertimbangkan aspek sosial ekonomi di antaranya kesejahteraan pembudi daya ikan,” papar Haeru.
Lebih lanjut, Haeru Rahayu menambahkan, ada beberapa prinsip CBIB, salah satunya adalah pembuangan limbah. Dalam mengimplementasikan semangat konsep blue economy, yaitu membangun sistem ekonomi yang keberlanjutan. Untuk mewujudkan prinsip tersebut, dalam usaha budi daya udang harus terus memperhatikan air masuk dan pembuangan limbah yang dihasilkan dari proses produksi tambak udang.
Pengelolaan limbah yang kurang bagus pada akhirnya akan memberikan dampak yang kurang bagus juga terhadap hasil produksi dan daya dukung lingkungan. Upaya mencegah permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan pengelolaan limbah yang bagus, semua petambak udang wajib membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
KKP saat ini terus mendorong pengembangan budi daya udang berkelanjutan di antaranya membangun modelling budi daya udang berbasis kawasan (BUBK) di Kebumen, Jawa Tengah dan melalui Infrastructure Improvement for Shrimp Aquaculture Project (IISAP).
Sumber : Indonesia.go.id