Pemprov Bengkulu Tak Bergeming, Warga 2 Desa di MM Aksi Tutup Galian C
Warga Lubuk Bento dan Air Berau aksi tutup galian C-Radar Utara/Doni Aftarizal-
BENGKULU.RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Puluhan warga dua desa di Kabupaten Mukomuko yakni Desa Lubuk Bento dan Air Berau, Selasa 02 Juli 2024 menggelar aksi penutupan galian C yang beroperasi di aliran Sungai Air Berau.
Aksi ini dipicu lantaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu terkesan tidak bergeming atas tuntutan warga, untuk mencabut izin galian CV. Kenzhi Tiga Saudara.
Ketua Badan Pengelola Sungai Air Berau, M. Yakin mengatakan, aksi penutupan aktifitas galian C ini, merupakan buah dari kesepakatan warga Lubuk Bento dan Air Berau.
"Terlebih pasca audiensi dengan Pemprov Bengkulu beberapa waktu lalu terkait tuntutan kita terhadap keberadaan galian C itu, sampai dengan saat ini juga tidak ada tindaklanjutnya," sesal Yakin.
BACA JUGA:Jembatan Air Muring Mulai Digarap, Tak Ada Jalan Alternatif
BACA JUGA:PKPU Pencalonan Diundangkan, Rohidin-Meriani Berpasangan Dalam Pilgub?
Makanya, lanjut Yakin, karena tidak ada tindaklanjut, akhirnya warga bersepakat menggelar aksi dengan cara menutup sendiri aktifitas galian C tersebut.
"Alhamdulillah, dalam aksi yang diamankan aparat kepolisian tadi, berjalan lancar dan damai. Bahkan CV. Kenzi Tiga Saudara bersedia menghentikan aktifitas galian C untuk sementara, setelah kesepakatan direalisasikan," kata Yakin.
Menurut Yakin, adapun kesepakatan dengan CV. Kenzi Tiga Saudara diantaranya menghentikan aktifitas, hingga adanya upaya pengelola galian C tersebut mengumpulkan warga Lubuk Bento dan Air Berau.
"Pengumpulan itu bertujuan untuk memastikan apakah warga Lubuk Bento dan Air Berau setuju dengan keberadaan galian C, atau malah sebaliknya," ujar Yakin.
BACA JUGA:Warga Hanya Perbaikan Darurat, Begini Harapan Camat Soal Jalan di Tanjung Alai
BACA JUGA:Alur dan Tanggul Pulau Baai Jadi Mandatory Kemenhub RI
Dalam artian, sambung Yakin, boleh tidaknya aktifitas galian C, berdasarkan kesepakatan warga setelah pengumpulan atau rapat yang direncanakan berlangsung di Desa Air Berau.
"Kita pada prinsipnya sejak awal menolak keberadaan galian C tersebut, karena dikhawatirkan dapat merusak ekosistem Sungai Air Berau, yang selama ini airnya dimanfaatkan 75 persen masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari," beber Yakin.