Tabiat Miris Pembuang Sampah

BENNY/RU - PRILAKU buruk yakni membuang sampah tidak pada tempatnya terjadi di siring Kemumu dan banyak titik sepanjang jalan, khususnya bahu-bahu jalan yang menyemak.--

ARMA JAYA RU - Di tengah jibaku daerah untuk kembali memboyong Piala Adipura yang penilaiannya dilakukan pusat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Prilaku memprihatinkan, justru kontraproduktif dengan upaya "bersih-bersih" oleh daerah. 

Tidak hanya terjadi di dalam Kota Arga Makmur, seperti acap terlihat di lingkar alun-alun. Aksi buang sampah, justru dilakukan orang tak bertanggungjawab pada irigasi yang kini tengah kering korontang, lantaran tengah ada pekerjaan fisik pemeliharaan. 

Tumpukan kulit durian, bercampur dengan sampah lainnya, kentara terjadi di mulut pintu bagi link jaringan sekunder, persawahan Kemumu Kecamatan Arma Jaya Kabupaten Bengkulu Utara (BU). Ada juga kantung-kantung sampah yang sengaja dibuang ke arah semak-semak pada baju jalan yang selama ini terbilang menyemak. 

Jejak tabiat buruk, kian tampak, ketika rumput-rumput tebasan kian mengering. Bungkus-bungkus sampah pun kian menyambut dan merusak eksotisme persawahan peninggalan jaman kolonial Belanda itu. 

Pegiat sosial yang juga penulis, Abdurahman Wachid, saat dibincang di areal persawahan Kemumu, Minggu (12/11). Mengaku, sangat prihatin melihat kondisi berserakannya sampah pada areal yang bisa menjadi jujugan weekand. Gusdur, sapa akrabnya, menyebut selain memang dipicu oleh mereka yang tak bertanggungjawab, lantaran membuah sampah sembarangan. Dia menduga, titik yang menjadi sarang sampah, dipicu pula dengan sistem pemeliharaan sekitar jaringan irigasi yang tidak rutin dilakukan. 

"Jadi rimbun. Nahh, mereka yang gak bertanggungjawab ini, buang sampah begitu aja jadinya. Miris melihatnya, prihatin pasti," ujarnya. 

Sebagai kawasan khusus yang memiliki jejak sejarah, Gusdur menilai Kemumu sudah menjadi destinasi wisata ketika menjujug wilayah dengan ibukota kabupatennya yang keberadaannya tak berada di jalur perlintasan. Maka menjadi penting, kata dia, membangun alasan kuat bagi orang luar, ketika memiliki niatan untuk menjujug kawasan ini. 

BACA JUGA:Integrasi Pamsimas dengan Hidroponik dan Bio Flog

Belum lagi, terus dia, sebagai kawasan khusus yakni kawasan pertanian pangan berkelanjutan yang masuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Dan mestinya dikuatkan lagi dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) oleh Dinas PUPR yang juga tak kunjung kelar, eksotisme Kemumu pun hendaknya menjadi destinasi yang harus dijaga bersama. 

"Kan di sini juga ada Bunga Raflesia. Kembang terbesar sejagad. Mestinya ini menjadi motivasi bersama dan dijaga bersama," ungkapnya. 

Menyikapi praktik "sindikat" pembuang sampah sembarangan, khususnya yang terjadi di sepanjang jalan dan tidak hanya terjadi di wilayah persawahan Kemumu saja. Dia menyerukan dilakukannya razia publik, diperkuat lagi dengan program di level otoritas, dalam upaya pengawasan partisipatif di kawasan yang eksotis ini. 

"Ini harus diinisiasi. Dieksekusi. Biar mereka yang doyan buang sampah sembarangan itu, tidak kian nyaman. Pemerintah juga harus konsisten, khususnya menjaga kebersihan bahu irigasi, agar tidak makin rimbun kemudian menyemak, seperti tempo hari. Semoga pembersihan di sepanjang jaringan irigasi, bisa dilakukan secara rutin," harapnya. 

Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) BU, Ramadanus, SE, MM, tak menampik salah satu yang perlu digeber adalah tingkat kesadaran masyarakat, terhadap sampah. Selain mengetahui jenis-jenis sampah rumah tangga, sehingga limbah rumah tangga yang dibuang merupakan sampah-sampah yang non organik. Kesadaran yang paling penting adalah tidak membuang sampah sembarangan. 

"Sampah adalah persoalan sosial sehingga menjadi persoalan bersama. Selain pemerintah daerah juga menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana hingga petugas yang juga tidak bisa maksimal, karena luasnya wilayah," kata Danus. 

"Dukungan masyarakat dengan membuang sampah pada tempatnya, menjadi sangat penting," ujarnya. 

Tak ditampiknya, bahwa tahun ini tim penilai Adipura bakal melakukan penilaian secara random dan juga dengan waktu ketibaan yang praktik tidak diketahui pasti oleh daerah.

"Peran serta masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sangat penting," pungkasnya. (bep)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan