Genjot Produksi Perikanan Via Ekonomi Biru
Nelayan mengumpulkan ikan untuk dilelang di pelabuhan pendaratan ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat. Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah merancang strategi penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan Indonesia dengan basis ekonomi biru. -Radar Utara-
Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya laut yang sangat besar, terutama di sektor perikanan mengingat negara ini merupakan negara kepulauan dengan 65 persen total luas negara berupa laut. Namun, untuk mencapai pertumbuhan dan keberlanjutan yang optimal, negara ini perlu merancang strateginya dengan penguatan daya saing produk kelautan dan perikanannya dengan pendekatan ekonomi biru.
Tentu muncul pertanyaan, apa itu blue economy? Blue economy merupakan model pertumbuhan ekonomi yang memanfaatkan dan menggunakan pendekatan pengelolaan berkelanjutan sumber daya laut dan kelautan. Nah, bagaimana kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai kementerian diberi tanggung jawab menggarap potensi kelautan dan perikanan negara ini?
Tentu, kementerian itu terus bergerak melakukan pembenahan, termasuk mengelola sumber daya laut dan kelautan secara berkelanjutan. Dari sisi produksi, laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat hingga triwulan III atau Januari--September 2023, ekspor produk perikanan Indonesia mencapai USD4,1 miliar.
Pencapaian ini 53 persen dari target yang ditetapkan tahun ini yakni USD7,6 miliar. Sedangkan, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor perikanan sebesar Rp1,1 triliun. "Rasio ekspor ikan dan hasil perikanan yang diterima oleh negara tujuan ekspor 99,84 persen dan Ekspor Produk Perikanan USD4,1 miliar sampai triwulan III. Sedangkan PNBP Kelautan dan Perikanan Rp1.127 miliar hingga 10 November 2023," ujar Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono, dalam rapat dengan Komisi IV DPR RI, Selasa (14/11/2023).
Dari gambaran di atas, capaian indikator kinerja utama KKP tahun 2023 sampai triwulan III-2023 adalah produksi perikanan mencapai 18,5 juta ton, terdiri dari perikanan tangkap 5,76 juta ton dan perikanan budi daya sebesar 12,74 juta ton yang terdiri dari ikan 4,75 juta ton dan rumput laut 7,98 juta ton.
BACA JUGA: Ekonomi Hijau Buka 15,3 Juta Lapangan Kerja Baru
Di sisi lain, rata-rata nilai tukar nelayan (NTN) 105,89 dan rata-rata nilai tukar pembudi daya ikan 105,07. Sementara itu, bila dilihat dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) perikanan nilainya sebesar 6,78 persen, sedangkan kontribusi terhadap PDB Nasional sebesar 2,7 persen. Adapun nilai PDB Rp214,18 triliun.
Dari gambaran di atas, harus diakui kinerja sektor perikanan tidaklah terlalu buruk. Meskipun, tetap harus terus dtingkatkan di masa mendatang. Ke depan, industri perikanan akan menghadapi tatangan berupa persaingan yang ketat dalam memperoleh pasokan bahan baku ikan segar. Hal ini tentunya berdampak ke industri pengolahan perikanan dalam memenuhi kebutuhan produksi yang stabil dan berkualitas.
Selain itu, masalah illegal fishing dan overfishing juga menjadi tantangan serius. Praktik-praktik ilegal tersebut dapat merusak ekosistem perairan dan mengancam keberlanjutan sumber daya ikan.
Berkaitan dengan kondisi itu, menurut Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Budi Sulistiyo, kementeriannya tengah merancang strategi penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan Indonesia dengan basis ekonomi biru.
BACA JUGA: Lirik Pasar Nontradisional, Kiat Genjot Kinerja Ekspor
Fokus strategi ini mencakup standardisasi, inovasi produk, penerapan ketertelusuran dan rantai dingin, pengelolaan logistik ikan, pemberdayaan usaha, akses pembiayaan dan investasi, serta promosi dan akses pemasaran.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah merancang strategi penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan Indonesia dengan basis ekonomi biru. “Ujung dari semua itu adalah menciptakan produk berkualitas tinggi dan inovatif yang memenuhi standar pasar internasional serta mendominasi pasar dalam negeri,” ujarnya.
Budi optimistis, target pemasaran produk perikanan Indonesia telah disusun sesuai kebutuhan pasar domestik dan internasional (market driven), dengan proyeksi nilai ekspor produk kelautan dan perikanan mencapai USD8,5 miliar dan nilai perdagangan dalam negeri mencapai Rp796,93 triliun pada 2029.
Strategi selanjutnya mencakup pemanfaatan teknologi pengolahan ramah lingkungan, didukung dengan bahan baku berkualitas, harga yang stabil dan wajar, serta penerapan sistem rantai dingin dan logistik ikan yang efisien, terkoneksi, dan kompetitif.
"Pemenuhan bahan baku berkualitas adalah bagian integral dari penerapan sistem logistik dan rantai dingin yang bergerak bersama," ujarnya Budi dalam siaran pers. (*)
Sumber : Indonesia.go.id