Oknum Guru Mengaji di Bengkulu Dilaporkan Dugaan Tindak Asusila
Para orang tua korban saat mendatangi Polresta Bengkulu-Radar Utara/Doni Aftarizal-
BENGKULU RU - Seorang oknum guru mengaji di Kecamatan Selebar Kota Bengkulu berinisial JS, 27 tahun, Senin 20 Mei 2024 dilaporkan ke Polresta Bengkulu.
Pelaporan yang dilakukan para orang tua korban, atas dugaan tindak asusila terhadap para santri laki-laki yang belajar mengaji di rumah oknum guru mengaji tersebut.
Disampaikan RU yang merupakan salah satu keluarga korban, dugaan itu terungkap setelah cucunya mengaku pada orang tuanya, tidak mau lagi mengaji di rumah terlapor (JS, red).
"Awalnya cucu saya tidak memberikan alasan kenapa tidak mau lagi mengaji di rumah terlapor. Kemudian cucunya masih tetap ingin belajar mengaji, dengan catatan tidak lagi belajar pada terlapor," ungkap RU.
BACA JUGA:Harkitnas, Edi Tiger: Momentum Bangkitkan Petani Dari Keterpinggiran
BACA JUGA:Fiosofih Logo dan Maskot MTQ Ke XXXVI Tingkat Provinsi Bengkulu di Kabupaten Bengkulu Utara
Curiga dengan hal itu, lanjut RU, cucunya terus didesak untuk memberikan alasan, dan akhirnya cucunya mengaku kalau telah jadi korban dugaan tindak asusila yang dilakukan terlapor.
"Mendapati pengakuan itu, komunikasi dengan orang tua anak-anak lainnya juga dilakukan. Didapati sekitar 7 anak sudah menjadi korban tindak asusila yang diduga telah dilakukan terlapor," kata RU.
Setelah itu, sambung RU, barulah disepakati untuk dilaporkan ke aparat kepolisian. Awalnya, pihaknya ke Polsek Selebar dan setelah diarahkan akhirnya langsung ke Polresta Bengkulu.
"Jadi kedatangan kami ke Polresta Bengkulu ini ingin membuat laporan, atas dugaan tindak asusila yang telah dilakukan terlapor terutama terhadap cucunya," tegas RU.
BACA JUGA:PENGUMUMAN : Ini Hasil Tes Tertulis PPS Pilkada 2024, Totalnya 1.183 Orang
BACA JUGA:Sudah Hampir 15 Tahun Jalan Rusak Parah, Masyarakat Mengeluh dan Merasa Di Anaktirikan.
Disisi lain, RU menjelaskan, terlapor sebenarnya sudah cukup lama mengajar mengaji di komplek perumahan para korban. Santrinya juga cukup banyak, yakni mencapai 43 orang.
"Hanya saja untuk sementara ini baru 7 anak yang mengaku telah mejadi korban dugaan tersebut. Dugaan itu terjadi di rumah terlapor, yang menjadi tempat terlapor mengajar mengaji," beber RU.