Punya Anak Laki-Laki? Begini Agar Dia Terbentuk jadi Karakter Percaya Diri
Punya Anak Laki-Laki? Begini Agar Dia Terbentuk jadi Karakter Percaya Diri -blog.etraining.id-
BACA JUGA:Ngegombal Dikit Boleh Kan? Kek Bupati Mian Ini...
Langkah itu, akan menjadi sebuah pemberian rasa hormat yang dirasakan bagi si anak sehingga ia akan menjadi pribadi yang juga memberikan rasa hormat pada orang lain.
Sebaliknya, kata-kata kasar, yang terkesan menvonis dan mendiskreditkan anak, akan menjadi buah buruk yang akan dipanen di masa depan. Seperti kata pepatah "Buah Jatuh Tak Akan Jauh dari Batangnya"
Selanjutnya, orang tua harus memberikan semangat bahkan apresiasi baik secara lisan, maupun dalam bentuk lain seperti hadiah atau lainnya.
Namun perlu diingat, pemberian apresiasi ini atau semangat, tetap berprinsip tidak berlebihan yang justru akan menyebabkannya "besar kepala".
BACA JUGA:Ini Resep Membuat Kue Talam Empuk, Cocok Untuk Teman Ngopi
BACA JUGA:5 Model Sepatu Trend 2023, Rekomendasi Untuk Wanita Kekinian
Tidak membanding-bandingkan anak kita dengan anak orang lain, adalah sebuah simbolik yang sangat diinginkan oleh seorang anak.
Karenanya sejatinya, anak adalah sebuah proses menuju pada titik ideal. Dengan artian, dalam benak kecilnya, anak memiliki keinginan sesuatu yang membanggakan orang tuanya.
Hanya saja, dalam tatarannya yang masih dalam fase pancorba tumbuh kembang, tingkat pemikiran, analisas dan psikologisnya, menuju ke arah itu memerlukan proses panjang. Untuk itu, sebagai orang tua, kita harus bersabar.
Sebuah riwayat, Tuhan bahkan pernah berkata "DIA bersama dengan orang-orang yang bersabar" maka mereka yang bersabar adalah insan-insan yang sejatinya memiliki jarak yang begitu dekat dengan Tuhan.
BACA JUGA:5 Model Sepatu Trend 2023, Rekomendasi Untuk Wanita Kekinian
BACA JUGA:Cinta Pertama, Ini Alasan Anak Perempuan Lebih Dekat Dengan Ayah
Orang tua juga harus memahami karakter serta potensi yang dimiliki anak laki-lakinya. Tak jarang, orang tua justru memaksakan kehendak kepada anak.
Pandangan ideal adalah anak merupakan proses. Dimana, dirinya tengah mengejar sebuah jati diri sejati. Hanya saja, dalam menuju capaian itu, anak sangat perlu mendapatkan bimbingan, bukan doktrin memaksa.