Jalan Nasional Terancam Lumpuh
Jalan nasional 'liku sembilan' Kepahiang amblas. -Radar Utara-
RADAR UTARA - Ancaman lumpuh total akses jalan nasional lintas Bengkulu-Kepahiang. Tepatnya di KM 44,5 yang familiar dengan sebutan "Liku Sembilan" di Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) yang amblas, Minggu, 13 Januari 2024 dini hari, memungkinkan terjadi.
Pasalnya, jalan utama itu, praktis menyisakan sedikit badan jalan. Moda transportasi, sudah menggunakan badan jalan yang lebarnya kurang lebih 1,5 meter saja.
Kontur tanah yang labil. Tingkat kemiringan, ditambah lagi dengan curah hujan tinggi pada kawasan yang notabene hutan lindung serta akses utama sehingga kendaraan yang melintasinya sangat beragam. Khusus dari sisi sumbu muatan yang dibopong kendaraan, menjadi kondisi faktual yang memungkinkan lebih dari separuh badan jalan yang amblas dan meninggalkan retakan menganga. Bisa menyebabkan longsor dan rembetan jalan amblas di kawasan itu.
Dilansir radarutara.bacakoran.co, Kapolres Benteng, AKBP. Dedi Wahyudi, S.Sos, SIK, MH melalui Kasat Lantas, IPTU Wiyanto, SH yang berada di lokasi jalan amblas. Ia mengatakan, selain mengatur lalulintas hingga memenej lalulintas, khususnya moda angkutan dengan bobot berat. Pihaknya juga berkoordinasi dengan stakeholder teknis dalam hal ini Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Bengkulu.
"Selain mengatur lalulintas, sistem buka tutup dilakukan untuk memastikan transportasi tetap berjalan dan mengantisipasi kemungkinan jalan yang amblas lanjutan hingga menyebabkan korban," ungkap Wiyanto.
Cuaca Ekstrem Ancam Indonesia
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, di Jakarta menyampaikan kabar prakiraan soal cuaca ekstrem yang dapat melanda Indonesia sampai Februari 2024. Ikutan kasus cuaca ekstrem ini, tentunya bencana hydrometeorologi. Seperti banjir hingga tanah longsor.
".... Potensi hujan lebat hingga sangat lebat, angin kencang dan gelombang tinggi, masih memiliki peluang yang sangat tinggi terjadi di sebagian wilayah Indonesia," ujar Dwikorita di Jakarta, Jum'at (12/1).
Mantan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) itu bilang, otoritas terkait di daerah hingga masyarakat diimbau untuk waspada dan siap siaga mengantisipasi, potensi ikutan atas cuaca ekstrem yang terjadi.
Secara teknis, BMKG mengungkapkan setidaknya ada 3 faktor yang menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem itu terjadi. Pertama, kata dia, munculnya Monsun Asia yang menunjukkan aktivitas cukup signifikan, dalam beberapa hari terakhir.
"Kondisi ini dapat disertai adanya seruakan dingin yang dapat menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia," jelasnya. (bep)