Indonesia tidak Alami De-industrialisasi

Pekerja membongkar muat peti kemas di PT Terminal Peti Kemas (TPS), Surabaya, Jawa Timur, Kamis (16/11/2023). Industri pengolahan tumbuh sebesar 5,20 persen pada triwulan III-2023 (year on year/yoy), melampaui pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4,94 perse--

Iklim usaha di Indonesia dinilai masih kondusif. Aktivitas industri manufaktur semakin bergeliat, di tengah melambatnya ekonomi global. Berbagai data dan indikator menunjukkan bahwa kinerja industri manufaktur di tanah air mengalami tren yang positif hingga akhir 2023.

 

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, secara konsisten, kontribusi sektor industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional masih yang tertinggi. Misalnya pada triwulan III-2023, sumbangsih mencapai hingga 18,75 persen. Artinya, industri manufaktur masih berperan penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

 

Industri pengolahan tumbuh sebesar 5,20 persen pada triwulan III-2023 (year on year/yoy), melampaui pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4,94 persen pada periode yang sama. “Bahkan, jika melihat data investasi di Indonesia, industri manufaktur berkontribusi hingga 40 persen. Selanjutnya, kontribusi industri manufaktur terhadap ekspor nasional mencapai 73 persen,” sebutnya.

 

Merujuk data-data tersebut, Menperin menegaskan, kondisi Indonesia tidak sedang mengalami fase deindustrialisasi. Bahkan ada data lain memperkuat kondisi Indonesia yang sedang mengalami fase ekspansi dari sektor industri manufakturnya, yakni hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dirilis oleh Kementerian Perindustrian pada November 2023. IKI menunjukkan angka sebesar 52,43 atau meningkat 1,73 poin dibandingkan Oktober 2023.

 

IKI yang dilansir oleh Kemenperin sejak November 2022, angkanya selalu berada di atas level 50 yang menandakan dalam fase ekspansi. Capaian positif ini juga sejalan dengan hasil Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang bertahan hingga 27 bulan terakhir berturut-turut, di atas poin 50, yang juga menandakan bahwa dalam fase ekspansi.

BACA JUGA: Pos Terpadu Nataru, Tingkatkan Kenyamanan Wisatawan

“Capaian ini menjadi rekor bagi kita karena selama 27 bulan berada di tahap ekspansi. Dan, hanya ada dua negara di dunia yang mencatatkan PMI di atas level 50 selama 25 bulan berturut turut, yakni Indonesia dan India. Ini melampaui dari negara-negara industri lainnya seperti Tiongkok, Jepang, Korea, dan Amerika,” sebut Agus Gumiwang.

 

S&P Global melaporkan, PMI Manufaktur Indonesia pada Novemer 2023 menguat ke level 51,7 atau meningkat 0,2 poin dari Oktober 2023 yang berada di posisi 51,5. Kemenperin bersama para pemangku kepentingan terkait lainnya berkomitmen untuk mewujudkan Industri nasional yang tangguh dan berkelanjutan. Upaya ini, misalnya, dengan menerapkan praktik-praktik yang mengusung konsep lingkungan, sosial, tata kelola perusahaan atau environmental, social, governance (ESG). Pasalnya, langkah tersebut sebagai salah satu faktor kunci dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs).

 

“Dengan mengembangkan kinerja pembangunan berkelanjutan dan memperluas kebijakan ESG, maka akan dapat meningkatkan daya tarik bagi para investor khususnya di sektor industri. Apalagi, tren pertumbuhan positif menunjukkan bahwa industri kita sudah tangguh atau resilience karena mampu untuk menghadapi kesulitan, menahan guncangan, dengan terus beradaptasi,” pungkasnya.

 

Sumber: Indonesia.go.id

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan