Meretas Jalan Menuju Negara Maju

Presiden Prabowo Subianto menerima Sekretaris Jenderal (Sekjen) Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Mathias Cormann di Istana Merdeka, Jakarta. -SETPRES-

Pasalnya, pemerintah tidak memungkiri bahwa saat ini ekspor Indonesia masih rendah ketimbang negara tetangga, seperti Vietnam, akibat terbatasnya pasar ekspor RI.

Pasar ekspor terbesar Indonesia selama ini masih didominasi Tiongkok, diikuti Amerika Serikat, India, ASEAN, dan Uni Eropa. 

“Kerja sama ekonomi ini, tujuannya memperluas pasar. Memang kita harus memperluas pasar karena ekspor kita relatif lebih rendah dibandingkan beberapa negara lain di ASEAN,” ujarnya dalam Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025: Heading Towards an Inclusive and Sustainable, Selasa (10/12/2024). 

Indonesia berharap dengan bergabungnya dengan OECD semakin membuka peluang dan memperluas pasar terhadap 38 negara anggotanya. Mengingat, produk domestik bruto (PDB) negara OECD mencapai USD59 triliun dan berkontribusi terhadap 64 persen perdagangan global. Ditambah lagi, populasi dari 38 negara anggota OECD mencapai 1,38 miliar jiwa.  

BACA JUGA:Digitalisasi Dorong Ekonomi Inklusif Usaha ‘Wong Cilik’

BACA JUGA: Menggali Potensi Ekspor Pinang ke Bangladesh sebagai Solusi Ekonomi di Tengah Krisis Global

Tak kalah mentereng. Peluang menjalin kerja sama di BRICS juga amat besar. Blok ekonomi ini memiliki PDB hingga USD30,8 triliun dengan populasi 3,5 miliar jiwa.  Bukan hanya BRICS dan OECD, Indonesia juga tengah dalam proses aksesi Comprehensive Progressive Trans-Pacific Partnership (CPTPP).  

“Dengan masuk kita CPTPP yang sekarang beranggotakan 11 dan bertambah Inggris di bulan Desember ini. Kita membuka pasar Amerika Latin dan pasar Inggris,” ungkap Menko Airlangga.

CPTPP merupakan skema perjanjian perdagangan standar tinggi yang bertujuan memfasilitasi kerja sama ekonomi antarnegara anggotanya. Perjanjian ini mencakup hampir seluruh aspek ekonomi, termasuk investasi sampai perdagangan barang dan jasa.

Saat ini CPTPP beranggotakan 11 negara, yakni Australia, Brunei, Kanada, Cile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam. Melalui keanggotaan CPTPP juga diproyeksikan dapat meningkatkan nilai ekspor Indonesia hingga 10 persen.

BACA JUGA:Target Pertumbuhan Ekonomi RI Diprediksi Bisa Melesat Hingga 10% dalam 3 Tahun Mendatang

BACA JUGA:Akankah Perkembangan Ekonomi Digital Tumbangkan UMKM? Lalu Bagaimana Solusinya?

Seperti dilansir dari Antara, dikabarkan mulai 1 Januari 2025, Indonesia termasuk salah satu dari sembilan negara yang disetujui sebagai mitra BRICS. Dengan begitu, jalan menuju Indonesia sebagai negara maju mulai terbuka. Setidaknya memulai dari menguatkan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Sesuai harapan pemerintah agar bisa mencapai rata-rata 8 persen dalam lima tahun mendatang.  (**)

 

Sumber Indonesia.go.id

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan