Malahayati, Pendiri Inong Balee dan Laksamana Perempuan Pertama di Dunia

Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menyerahkan lukisan Laksamana Hayati kepada ahli waris, Tgk. Cut Putro Safiatuddin Cahaya Alam. Pemprov Aceh--


Seperti dikisahkan sejarawan Marie van C Zeggelan lewat bukunya Oude Glorie yang terbit pada 1935, Belanda disebutkan banyak kehilangan pasukan mereka, dan sebagian yang masih hidup termasuk Frederik de Houtman dijebloskan ke hotel prodeo alias penjara.


Tak hanya cakap sebagai panglima perang di lautan, Malahayati juga dikenal sebagai juru runding yang piawai. Pemerintah Belanda mengajukan pembebasan para tawanan perang mereka yang ditahan pihak Kesultanan Aceh termasuk Frederik de Houtman. Sultan pun mengutus Malahayati untuk maju ke meja perundingan menghadapi Belanda. Sebuah syarat pun diajukannya, yaitu Belanda harus membayar ganti rugi atas peperangan yang mereka timbulkan demi membebaskan prajurit-prajurit yang dipenjara.


Malahayati juga dipercaya menerima utusan khusus Ratu Elizabeth I bernama James Lancaster yang juga seorang saudagar dagang besar pada masanya. Lancaster mengunjungi Aceh pada 5 Juni 1602 memakai kapalnya, Red Dragon. Ia mengutarakan maksud kepada Malahayati untuk membeli rempah-rempah Aceh, seperti halnya saat mengunjungi Maluku dan Banten. Misi itu berlangsung sukses karena Malahayati setuju dengan tawaran yang disampaikan Lancaster bahwa mereka hanya ingin berdagang dan bukan berperang.


Malahayati wafat pada 1615 dan dimakamkan di dekat bentengnya di Desa Lamreh, Krueng Raya. Oleh Presiden Joko Widodo, Malahayati ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 9 November 2017 berdasarkan Keputusan Presiden RI nomor 115/TK/Tahun 2017.

BACA JUGA:Dr. Marzoeki Mahdi, Dokter Pejuang Yang Religius


Selain disematkan sebagai nama salah satu kapal perang TNI-Angkatan Laut (AL), Malahayati juga dijadikan sebagai nama pelabuhan di Desa Lamreh Krueng Raya, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar. Pelabuhan Malahayati yang dimulai sejak masa Sultan Iskandar Muda, sebelum 1970 digunakan sebagai pelabuhan transit. Lalu sempat dialihfungsikan menjadi tempat persinggahan kapal dan menjadi mangkrak pascatragedi tsunami 2004. Baru pada 2007 Pelabuhan Malahayati kembali beroperasi untuk mengangkut produk ekspor asal Aceh ke kawasan Eropa dan Timur Tengah.


Pihak TNI-AL sendiri berencana mengangkat kembali kisah heroik Malahayati lewat sebuah pementasan teaterikal di Jakarta, 8-9 September 2023 nanti, sekaligus memperingati HUT TNI-AL 10 September 2023. Sejumlah nama besar di dunia seni pertunjukan dan teater turut dilibatkan seperti Jay Subiakto, sutradara Iswadi Pratama, Nyak Ina Raseuki atau dikenal sebagai Ubiet dan Marcella Zalianty.

Sumber : indonesia.go.id

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan