Mengenal Sejarah Tentang Nenek Moyang Kertas di Indonesia

Sabtu 21 Sep 2024 - 19:53 WIB
Reporter : redaksi
Editor : Ependi

Adapun dalam khazanah naskah Sunda dapat ditelusuri melalui naskah Sunda kuno dari abad ke-18 koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 

BACA JUGA:Melihat Jejak Sejarah Soto Betawi

BACA JUGA:Sejarah Baru! PON 2024 Digelar di Aceh dan Sumatra Utara

Cara Membuat Daluang

Secara alamiah, pohon ini banyak tumbuh di Sulawesi, terutama di Lembah Bada, Donggala, dan di Taman Nasional Lore Lindu.

Dan untuk melindungi keberadaannya sejak tahun 2014, daluang sudah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI) di Kemdikbud yang disahkan pada Oktober 2014 dengan SK Mendikbud Nomor 270/P/2014.

Daluang diproses secara tradisional melalui beberapa tahap. Pertama, Pohon Saeh dikuliti untuk mengambil bagian yang dapat diproses menjadi kertas.

Setelahnya, dilakukan pencucian dan dikeringkan. Setelah kering, kulit pohon kembali direndam hingga keesokan harinya.

BACA JUGA:Jejak Sejarah Pabrik Semen Pertama di Asia Tenggara

BACA JUGA:Jejak Sejarah Gedung Lawang Sewu Semarang

Melewati tahap perendaman, kulit harus dipukul dari kedua sisinya hingga melebar 2-3 kali lipat dari ukuran asalnya.

Proses ini disebut kempa dan kulit yang selesai tahap tersebut disebut belibaran. Belibaran kemudian dilipat dan dibungkus dengan daun pisang selama 5-8 hari hingga keluar lendir.

Setelahnya, daluang dijemur di atas batang pisang hingga kering. Batang pisang digunakan sebagai alas agar kertas yang dihasilkan memiliki tekstur licin.

Setelah kering, daluang digosok dengan kerang untuk menghaluskan permukaannya. Proses pembuatan secara tradisional yang panjang ini tanpa melibatkan bahan kimia sintetis sama sekali. Hasilnya, tentu dapat ditebak, deluang akan memiliki ketahanan yang tinggi.

BACA JUGA:Ide Bung Karno pada Karya Arsitektur Bangunan Bersejarah Indonesia

BACA JUGA:Bukit Menumbing Saksi Sejarah Perjuangan Bangsa

Kategori :