BACA JUGA:Mukomuko Susun Rencana Kontinjensi Bencana Gempa dan Tsunami
Ini sebagaimana disampaikan Ketua Asosiasi Nelayan Tradisional Provinsi Bengkulu, Rusman, saat dibincangi soal kemunculan ikan atau fauna langka di lautan menuju perairan yang lebih dangkal, memang akan terjadi nyaris setiap tahunnya.
Menurut dia, kondisi itu terjadi lazimnya memasuki bulan Muharam sebagai tahun baru penanggalan Hijriyah atau kalau pada penanggalan masehi memasuki bulan-bulan Juli merupakan waktu kemarau hingga menuju penghujung tahun.
"Jadi mengapa hewan-hewan langka itu muncul? karena sempat ada yang menyangka bakal kiamat. Padahal, kita ketahui bersama, bahwa kiamat itu sama seperti gempa, waktunya tidak ada yang tahu. Karena itu rahasia Tuhan. Tapi kalau pengalaman kami, kemunculan hewan-hewan laut dalam ini, karena akibat perubahan suhu laut," ujarnya.
Rusman pun mengungkapkan analoginya. Ketika musim kemarau, suhu air laut di tengah akan cenderung dingin. Sehingga bisa dipastikan ikan-ikan di laut dalam akan mencari perairan yang lebih dangkal.
BACA JUGA:BPBD Susun Dokumen Kontinjensi Hadapi Bencana Gempa dan Tsunami
BACA JUGA:Hunian Pekerja Konstruksi Berteknologi Mobox di IKN, Efisien dan Tahan Gempa
"Maka momentum ini menjadi berkah bagi nelayan tradisional. Karena menjadi salah satu waktu yang ditunggu setiap tahunnya," ungkapnya.
Kalau dihitung dengan segala kesepakatan sosial masyarakat, pengaruh cuaca seperti waktu laut pasang bahkan saat ini iklim yang kian tidak jelas, masa melaut nelayan dalam satu tahunnya kalau dihitung bersih hanya dapat melaut 6 bulan.
"Maka bulan Agustus hingga Desember ini, menjadi waktu yang ditunggu. Makanya, memasuki tahun baru Hijriah, kami biasanya melaksanakan ritual sedekah laut sebagai ungkapan rasa syukur dan mengharap keselamatan," pungkasnya.