Yusuf juga mengungkapkan bahwa target investasi yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp1.650 triliun berpeluang untuk dicapai, mengingat tren realisasi investasi pada periode-periode sebelumnya.
Namun, menurut Yusuf, pemerintah perlu mendobrak pola tersebut dan mendorong realisasi investasi pada sektor-sektor lain yang memiliki potensi untuk meningkatkan perekonomian secara luas.
BACA JUGA:Industri Kelapa Indonesia, dari Kebun Rakyat hingga Pasar Dunia
BACA JUGA:Benarkah VPN Bikin Internet Jadi Lambat? Ternyata Ini 7 Alasan Koneksi VPN Lambat
Prioritas investasi di sektor industri, kata Yusuf, tidak seharusnya terpaku hanya pada sektor industri logam dasar, tetapi juga perlu diarahkan pada sektor-sektor yang memiliki peluang untuk mendorong penyerapan tenaga kerja yang lebih besar.
Untuk jangka menengah, tantangan investasi yang akan dihadapi adalah bagaimana kelanjutan dari program hilirisasi pada pemerintahan baru, yang telah dimulai oleh pemerintahan sebelumnya.
Salah satu investasi strategis yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi adalah rencana investasi konsorsium LG Energy Solution untuk pembangunan pabrik katoda di Grand Batang City.
Direktur Utama PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Ngurah Wirawan, mengungkapkan bahwa konsorsium tersebut telah menentukan lokasi dan sepakat untuk memulai konstruksi pabrik pada September 2024. "Pabrik katoda tersebut akan menyerap lahan seluas 20 hektare. Saat ini kami tengah mempersiapkan kegiatan soil test, perencanaan dasar, dan detail lainnya," ujar Ngurah.
BACA JUGA:Geliat Ekspor Kopi Sumatera Perlu Permodalan, Bagaimana Evaluasi KUR Pemerintah?
Proyek ini merupakan bagian dari komitmen investasi konsorsium LG untuk pembangunan pabrik prekursor/katoda yang menjadi bagian dari ekosistem baterai di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jawa Tengah.
Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa investasi lanjutan dari proyek grand package baterai berbasis nikel tersebut telah merampungkan feasibility study (FS) pada Agustus lalu.
"Di lokasi ini juga akan dilakukan pembangunan katoda dari ekosistem baterai mobil dari LG Group yang akan dibangun September karena sudah selesai FS-nya di Agustus," kata Bahlil.
Investasi smelter HPAL berada di Maluku Utara, produk katoda akan diproduksi di KITB, dan pabrik sel baterai akan dibangun di Karawang. "Jadi jangan semua di Maluku, nanti pemerataan tidak pas," tambah Bahlil.
BACA JUGA:Potensi Mineral Indonesia, Kunci Sukses di Industri Kendaraan Listrik
BACA JUGA:Bingung Cari Headphone Audiophile? Ini 4 Headphone Philips Terbaik Tahun 2024, Buruan di Cek Out..