RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Berkeliarannya beruang, tidak lagi di sekitaran perkebunan penduduk. Tapi, bahkan sudah menjujug di sekitaran rumah, mengindikasikan areal habitat hewan jenis mamalia ini sudah terganggu.
Lazimnya, hewan yang masuk dalam klasifikasi karnivora dari Familia Ursidae ini, berada jauh dari karamaian. Maka tempatnya adalah hutan-hutan pendalaman yang kini rasanya sudah tak lagi perawan.
Mantan Aktivis dari Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi, Bayu Setiawan, saat dibincangi soal kemunculan mamalia yang memiliki taring dengan kuku yang siap mencakar dan mencengkram kuat, merobek hingga menggali serta bermoncong panjang ini, mendiagnosa habitat aktivitas hewan buas ini, sudah terganggu.
"Utamanya, hewan ini sangat mungkin sudah kesulitan mencari pasokan pangan. Ketika kelaparan, maka imbasnya adalah wilayah aktivitasnya meluas," ungkapnya, menganalisa, saat dibincangi Minggu, 30 Juni 2024, sore.
BACA JUGA:Masuk Jurang di Lintas Barat Sumatera, Pemotor Patah Tulang Paha
BACA JUGA:Masa Jabatan Diperpanjang Tapi Periode Kades Dibatasi Segini..
Sebagai pemerhati lingkungan, Bayu menyerukan, agar pemerintah kembali meningkatkan konsennya pada persoalan sosial ini.
Dia menegaskan, singgungan aktivitas hewan-hewan yang lazimnya berada di wana luas ini, namun kini memiliki circle yang terus mendekat dengan wilayah aktivitas manusia, merupakan rentet persoalan atas terus terjadinya perusakan kawasan hutan.
Harimau yang turun ke permukiman penduduk, alih-alih mencari mangsa. Beruang yang merusak tanaman-tanaman warga, lantaran kelaparan bahkan konfrontasi gajah dengan manusia, tidak lain dipicu habit hewan-hewan yang mestinya dijaga kelestariannya ini, dihadapkan dengan kawasan hutan yang sudah banyak menjadi wilayah-wilayah konsensus, seperti pertambangan hingga perkebunan.
Salah satu modus yang paling lazim, terus dia, adalah lewat penerbitan ijin-ijin pemerintah yang justru memantik, praktik perusakan hutan dari sisi peruntukannya. Kebijakan yang dimaksudkan Bayu ini, seperti penurunan status dengan ragam dalih yang seakan-akan dapat dibenarkan.
BACA JUGA:Makin Panas! Menkominfo Sinyalkan Ada Oknum Penguasa Sempat Melobinya, Tapi...
"Ini persoalan prinsip. Dan ini menjadi komitmen Indonesia semestinya, sebagai salah satu negara yang memiliki hutan luas. Dan ini income besar yang dapat menjadi obyek diplomasi dengan negara-negara seperti Eropa yang praktis tak lagi memiliki hutan yang lestasi," ucapnya.
Lebih jauh, deforestasi yang terjadi di Indonesia, juga menjadi bagian persoalan yang menurut Bayu sudah tidak lagi mencerminkan komitmen pemerintah dalam menjaga hutan.
Maka dirinya turut memberikan dukungan otoritas Eropa yang sudah mengesahkan Undang-Undang Anti Deforestasi yang sepertinya mengincar Indonesia sebagai sasarannya.