Terdapat pula koleksi mobil, motor, sepeda ontel, dan senjata yang pernah dipakai TB Silalahi semasa hidup. Ikut dipamerkan pula koleksi ribuan buku bacaan milik TB Silalahi.
Pada salah satu sisi bangunannya, kita dapat menyaksikan keindahan Danau Toba dari ketinggian.
Selain itu, di halaman luar museum ada juga ditampilkan patung anak menaiki kerbau dan prasasti dalam bahasa Batak dan peralatan militer seperti helikopter TNI-AD jenis Bell-105 dan artileri berat seperti tank ringan Yonkav-8 dan meriam anti pesawat.
BACA JUGA:Udah Tau Belom, Kalo Shopee Bisa Minjem Duit Sampe 50 Juta. Caranya Super Simpel
BACA JUGA:Sudah Dipercayai Sejak Dulu, Ternyata Sambiloto Mengandung Banyak Manfaat Bagi Kesehatan Tubuh
Tarif masuk ke tempat ini Rp5.000 untuk anak-anak dan Rp10.000 untuk orang dewasa. Sedangkan turis asing dikenai biaya Rp50.000 per orang. Museumnya buka setiap hari dari pukul 8.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB.
Museum Jamin Ginting
Selanjutnya ada Museum Jamin Ginting yang terletak di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.
Tak seperti museum-museum di atas yang berarsitektur khas Batak, museum seluas 3.000 meter persegi ini justru seperti rupa kacang. Ada makna filosofis terkandung karena kacang mempunyai sifat melindungi isi di dalamnya.
Ada lebih dari 1.000 item koleksi dipamerkan di dalam museum berlantai dua yang beroperasi setiap hari, mulai pukul 8.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB ini.
Di antara koleksi-koleksi yang dipamerkan ada peninggalan budaya tempo dulu masyarakat etnis Karo. Seperti, jenis-jenis pakaian adat, perhiasan kuno, dan peralatan pertanian.
BACA JUGA: Kemenag Mukomuko Jemput Koper Jemaah Haji 2024 di Bengkulu
BACA JUGA:Lakmud IPNU dan IPPNU, Ciptakan Generasi Muda Yang Kuat
Sedangkan di lantai dua, kita dapat melihat koleksi pribadi dari Jamin Ginting Suka seperti buku-buku, foto, pakaian dinas, dan berbagai penghargaan.
Asal tahu saja, ia adalah pensiunan jenderal bintang tiga TNI-AD berdarah asli Karo dari Desa Suka. Semasa hidupnya turut berperang memperjuangkan kemerdekaan.
Oleh Presiden Joko Widodo disematkan status Pahlawan Nasional pada 7 November 2014 bersama KH Abdul Wahab Chasbullah (salah satu pendiri Nahdlatul Ulama), Sukarni Kartodiwirdjo, dan Mohammad Mangundiprodjo.