RADARUTARA.BACAKORAN.CO- Sumbangsih produksi minyak dan gas bumi (migas) masih cukup signifikan.
Sebagai sumber energi strategis, migas menyumbang ke kas negara hingga Rp230,4 miliar lewat Badan Layanan Umum (BLU) Migas.
Istimewanya, besaran ini tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Sementara dari sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sanggup menyumbang Rp117 triliun atau 113% dari target.
Meski masih lebih rendah dari tahun 2022 sebesar 21,3% atau Rp148 triliun.
BACA JUGA:Jauh Panggang dari Api Resesi
BACA JUGA:Langkah Antisipatif Jelang Kemarau Tiba
Susutnya perolehan PNBP mengikuti pola harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian crude price (ICP). Begitu komoditas minyak mentah dunia anjlok, ICP turun ke level USD78,43 per barel.
Jauh dibandingkan tahun sebelumnya, menyentuh angka USD97,03 per barel. Menurut Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji, hal itu dipengaruhi adanya konflik geopolitik antara Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel.
Di sisi lain, nilai investasi migas justru meroket. Secara keseluruhan naik 12% atau USD15,6 miliar masuk ke kantong negara.
Rinciannya, USD13,72 miliar bersumber dari sisi hulu dan USD1,88 dari hilir. Ditelisik lebih jauh, investasi hulu migas mencapai lebih 5% dari Long Term Plan serta mengungguli tren investasi Exploration & Production (E&P) Global sekitar 6,5%.
BACA JUGA: Mengembangkan Pariwisata Hijau Berkelanjutan di IKN
BACA JUGA:Mengendalikan Harga Beras di Bulan Ramadan
Oleh karena itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mematok angka investasi lebih tinggi sebesar USD17,7 miliar di tahun 2024.
Sementara itu, tercatat pada 2023, sebanyak 13 wilayah kerja minyak dan gas bumi (WK Migas) telah ditandatangani. Di mana pada tahun lalu, ada 10 WK Migas yang ditawarkan.
Selebihnya adalah WK Migas dari penawaran di 2022, yang baru diteken pada 2023.