Perekonomian global kini tengah dihadapkan dengan situasi yang tidak baik-baik saja. Perekonomian dunia yang melambat juga memberikan imbas bagi kinerja dagang Indonesia.
Beberapa indikator dari pelambatan perekonomian itu, seperti harga komoditas logam dan mineral dunia mengalami penurunan. Demikian pula dengan pertumbuhan volume perdagangan barang global.
Dalam konteks Indonesia, kinerja neraca perdagangan Indonesia pun mengalami pelambatan. Indikator itu bisa terlihat dari tren pelemahan ekspor yang masih berlanjut, baik secara bulanan maupun tahunan.
Penurunan terjadi, baik di sektor migas dan nonmigas.
BACA JUGA: Berkah Transformasi Industri 4.0
BACA JUGA:Mendongkrak Ekonomi Daerah dengan Wisata Olahraga
Gambaran itu tampak dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Menurut lembaga itu, pertumbuhan nilai ekspor selama periode Januari 2023--Januari 2024 mengalami pertumbuhan -8,06 persen secara year on year (yoy), yakni dari bernilai USD22,32 miliar menjadi USD20,52 miliar.
Sementara itu, bila dilihat secara bulanan, perkembangan nilai ekspor juga menunjukkan tren yang tidak menggembirakan.
Nilai ekspor periode Januari 2024 tercatat sebesar USD20,52 miliar, turun 8,34 persen dibandingkan periode Desember 2023 yang tercatat sebesar USD22,39 miliar.
Bila dibedah lebih jauh, ekspor nonmigas tercatat sebesar USD19,31 miliar, turun 8,54 persen dibandingkan periode Desember 2023 dengan nilai USD20,91 miliar.
BACA JUGA: Tiga Mesin Pertumbuhan Ekonomi Nasional
BACA JUGA: Industri Pengolahan Jadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi
Sementara di periode yang sama, ekspor migas tercatat sebesar USD1,39 miliar berbanding USD1,48 miliar di Desember 2023, atau turun 5,49 persen (month to month).
Meskipun ekspor nonmigas mengalami penurunan, sumbangan ekspor dari subsektor itu masih cukup menjanjikan, bahkan berpotensi untuk tumbuh dan pulih (rebound) lagi.
Salah satunya adalah dari ekspor industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (Ilmate).