Efesiensi merupakan kata yang mudah diucapkan, tapi tidak mudah dijalankan.
Masalah efisiensi dalam perekonomian di tanah air, sudah menjadi persoalan klasik.
Menjadi salah satu penghambatan pertumbuhan. Persoalan efesiensi dalam perekonomian RI.
Sebagaimana disimak redaksi www.indonesia.go.id, kembali diingatkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat tampil secara virtual dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan.
BACA JUGA: Industri Pengolahan Jadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi
BACA JUGA:Percepatan Industri Halal Nasional
Menurut Menko, sepanjang 2023, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,05% (year on year/yoy) dan mampu lebih tinggi dari angka consensus forecast sebesar 5,03%.
Kinerja apik tersebut ditopang oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga 4,82% (yoy) maupun PMTB/investasi 4,40% (yoy).
Berdasarkan lapangan usaha, sektor yang tumbuh paling tinggi adalah sektor transportasi dan pergudangan.
Sedangkan menurut pengeluaran, pertumbuhan tertinggi disumbang oleh konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT).
BACA JUGA: Genjot Kinerja, Satgas Peningkatan Ekspor pun Dibentuk
BACA JUGA: Geliat Sentra Batik Kota Onde-Onde
Meski tumbuh tinggi, kata Menko Airlangga, jajaran perekonomian nasional sebaiknya tidak berpuas diri.
Lantaran, di tengah capaian tersebut sudah ada menghadang berbagai tantangan.
Setidaknya, perekonomian Indonesia masih perlu menggerakkan dan memaksimalkan tiga mesin ekonomi untuk bisa terus berfungsi secara berkesinambungan ke depan dalam rangka mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.