Silakan langsung mencari persinggahan di kedai-kedai makan atau warung kopi modern di sepanjang Jalan Raya Kintamani.
BACA JUGA: Jangan Dibiasakan! Ini 5 Masalah yang Akan Muncul Jika Jarang Mandi
BACA JUGA: Belum Banyak yang Tau! Ini Cara Pakai Deodoran yang Tepat Menurut Ahli
Tepatnya di sekitar Penelokan, Desa Kedisan, yang berada pada ketinggian 1.495 meter dari permukaan laut. Pengelola umumnya menyediakan pelataran terbuka yang posisinya ada di belakang bangunan kedai, menghadap ke Gunung Batur dan Danau Batur.
Sambil menyeruput kopi kintamani dan mencicipi gorengan hangat, kita bisa menyaksikan pemandangan tak biasa di depan mata, jajaran kabut menghampar seperti tumpukan kapas putih di udara.
Kabut menutupi Danau Batur dari pandangan mata dan hanya menyisakan keangkuhan puncak Gunung Agung menemani Gunung Batur yang berkaldera kembar.
Pemandangan jajaran kabut itu terjadi sekitar 300--400 meter lebih rendah dari tempat kita duduk. Ini membuat kita seolah-olah sedang berada di sebuah negeri atas awan.
BACA JUGA:Ternyata Tidak Hanya Sejuk. Ini 5 Manfaat Pasang AC di Rumah Bagi Kesehatan
BACA JUGA:Prabowo Kuasai Suara Bengkulu Utara
Kabut akan perlahan menghilang seiring meningginya sinar mentari. Pemandangan pun berganti, menampilkan keindahan permukaan air Danau Batur yang jernih dan tenang seraya memantulkan cahaya matahari.
Keistimewaan peristiwa alam khas Kintamani itu menginspirasi pekerja seni Kurnaen Suhardiman menuangkannya menjadi sebuah film drama berjudul "Kabut di Kintamani".
Film yang produksi pada 1972 itu dibintang WD Mochtar, Marlia Hardi, dan Alam Surawidjaja.
Objek Wisata Lainnya
Kintamani tak hanya dikenal sebagai daerah berselimut kabut. Bukan pula soal pesona danaunya yang terluas di Bali dan sumber air lahan pertanian di utara Pulau Dewata.
BACA JUGA:Napak Tilas Kawasan Kauman Semarang
BACA JUGA:Wajah Baru Griya Anggrek Indonesia
Ataupun pesona gunung berkaldera seukuran 10 kmx13 km, salah satu terbesar di dunia. Kintamani juga punya Pura Ulun Danu Batur, tempat persembahyangan terpenting dan pemelihara harmoni dan stabilitas seluruh pulau.
Pura dibangun pertama kali abad ke-17 dan mewakili arah utara pulau. Keberadaan pura didedikasikan untuk Dewa Wisnu dan Dewi Danu, dewi lokal Danau Batur.
Saat Gunung Batur meletus pada 1926, pura yang berada di barat daya gunung nyaris luluh lantak. Kemudian direlokasi ke lokasi sekarang ini yang posisinya lebih tinggi dan acap disinggahi kabut.
Hanya tersisa meru atau menara persembahyangan bertingkat 11. Meru ini menjadi saksi bisu kebesaran pura dan tetap dipertahankan sampai hari ini.
BACA JUGA:Jarang Diketahui, Berikut 5 Manfaat Tidur Dilantai Bagi Kesehatan
BACA JUGA: Ini Ketentuan Pendaftaran bagi Calon Penerima KIP Kuliah 2024
Pura Ulun Danu Batur terdiri dari sembilan pura yang berbeda, yakni Pura Penataran Agung Batur, Pura Jati Penataran, Pura Tirta Bungkah, dan Pura Taman Sari.