BACA JUGA:Ini 12 Manfaat Telur Puyuh yang Tidak Terduga Bagi Kesehatan Tubuh
BACA JUGA: Temui Disperindag, Kades Agung Jaya Angsur PAD Pasar
Ia kemudian mengajar di Unversitas Jerman, di Praha pada tahun 1912. Setahun kemudian, ia diangkat menjadi Direktur Institut Fisika Kaisar Wilhelm di Berlin, Jerman.
Karya bukunya yang monumental adalah Relativity : The Special and General Theory yang terbit 1916, setelah ia mempublikasikan teori relativitas umum.
Teori ini dianggap aneh dan menyimpang dari teori umum. Kala itu, para ilmuan sedang giat mempelajari teori kuantum, tentang karakter fundamental materi.
Einstein juga berhasil menemukan teori futon cahaya. Pada tahun 1921, ia mendapatkan hadiah Nobel bidang fisika atas penjelasannya tentang efek foto elektrik.
BACA JUGA: Pemkab Usulkan Fasilitas Rehabilitasi Warga Miskin Berobat di Padang
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Siap Hadapi Dampak El Nino, Suhu Panas Menyengat
Sebenarnya, ada 3 tesis lain yang ditulis Einstein yang dianggap juga layak menerima Nobel yaitu tentang teori foto listrik, gerak Brownian dan relativitas khusus.
Namun hanya teori tesis tentang foto elektrik (futon cahaya) yang diganjar hadiah nobel. Sejarah ini, dianggap sebuah ironi.
Pasalnya, Einstein lebih paham tentang teori relativitas daripada teori lainnya.
Tahun 1920, ia memperkenalkan teori sinar laser yang kemudian diwujudkan oleh Theodore Maiman 40 kemudian.
BACA JUGA:Tutupan Hutan Bengkulu Berkurang, Bencana Ekologi Mengancam
BACA JUGA: Pemkab Mukomuko Gelar Pasar Murah Jelang Ramadhan
Kelebihan Einstein dalam menulis setiap tesis itu adalah ia mampu menjelaskan sebuah teori fisika lalu mengaitkannya dengan konsekwensi logis.
Eksperimen yang dilakukannya pun, berhasil menghilangkan kebingungan yang dialami para fisikawan selama beberapa tahun sebelumnya.