BACA JUGA:Bisnis Dropshipping Kini Jadi Salah Satu Bisnis Terpopuler di Era Digital
BACA JUGA:Bappebti Pastikan Keberadaan Emas Fisik dalam Perdagangan Emas Digital
Bahkan kajian Kemenkomdigi menunjukkan bahwa lulusan program DTS mengalami kenaikan pendapatan mencapai sekitar 12,1 persen, terutama di luar Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan keterampilan digital mampu mendorong kesejahteraan ekonomi secara langsung.
Literasi Digital
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam ekonomi digital. Dengan fokus pada transformasi dan literasi digital, peningkatan daya saing digital, dan penguatan keamanan siber, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Namun, kesenjangan digital masih menjadi tantangan, dengan hanya 56 persen desa terhubung kabel fiber optik. Pemerintah mengakselerasi adopsi teknologi 5G dan insentif investasi infrastruktur digital.
BACA JUGA:Digitalisasi Cegah Kebocoran Suplai Solar Murah untuk Nelayan
BACA JUGA:Panduan Digital Resmi Pemakaian GenAI di Kampus
Selain itu, keamanan siber juga perlu ditingkatkan dengan berbagai teknologi keamanan digital. "Era digital adalah peluang emas, namun juga membutuhkan tanggung jawab besar dari generasi muda sebagai penggunanya," tutur Mediodecci Lustarini, Sekretaris Ditjen Komunikasi Publik Kemenkomdigi, saat menjadi pembicara dalam acara “Gensi Beraksi” di Universitas Pendidikan Muhammadiyah, Sorong, Selasa (3/12/2024).
Transformasi digital, lanjut Mediodecci, memberikan peluang besar bagi generasi muda untuk berkembang. Kendati begitu, transformasi digital juga membawa tantangan seperti hoaks, cyberbullying, dan kejahatan siber. Itulah sebabnya, Kemenkomdigi terus-menerus mengimbau generasi muda untuk meningkatkan literasi digital agar dapat menggunakan teknologi secara bijak dan aman.
“Literasi digital bukan hanya soal cara menggunakan teknologi, melainkan juga kemampuan untuk berpikir kritis, memahami dampak teknologi, dan bertindak secara etis," katanya.
Keamanan digital adalah kunci utama untuk menciptakan ruang digital yang aman dan mendukung produktivitas, menurut Mediodecci. “Jadi harus pintar-pintar dalam menjaga diri dari konten-konten negatif. Harus menjaga data pribadi, ya, jangan disebar di dunia digital,” ucap Mediodecci.
BACA JUGA:Transformasi Digital dan Teknologi Merupakan Kunci bagi Kemajuan Industri Halal
BACA JUGA:5 Alasan Mengapa Affiliate Marketing Menjadi Peluang Emas di Era Digital
“Jadi hati-hati karena begitu banyak kejahatan yang terjadi di dunia digital, sehingga kecerdasan diri kita sendiri bagaimana kita berpikir kritis, memahami dan bisa membedakan situasi yang negatif dan positif,” tambahannya lagi, yang dikutip dari bisnis.com.
Banyaknya kejahatan digital yang sangat beragam, membuat masyarakat perlu menjaga data pribadi dan waspada terhadap situasi berisiko. Data Microsoft Entra menunjukkan, setiap hari ada lebih dari 600 juta serangan terhadap identitas, terutama melalui serangan password. Sementara itu, laporan Digital Defense Report 2024 mencatat, peningkatan signifikan dalam serangan siber seperti ransomware, fraud, dan social engineering, dengan serangan phishing meningkat 58 persen pada 2023. Potensi kerugian yang terjadi dapat mencapai USD3,5 miliar pada 2024.
“Jadi hati-hati dengan jempolnya, jangan lakukan cyberbully. Kalau kita semua menjaga diri kita InsyaAllah dunia maya kita, ruang digital kita itu akan sehat,” katanya lagi. (**)