Menarik Investasi Amerika Serikat untuk Energi Terbarukan

Sabtu 23 Nov 2024 - 17:08 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Ependi

“Mereka menyampaikan untuk berinvestasi di renewable energy, kan di situ ada Exxon, ada BP, Chevron juga, untuk mereka berinvestasi ingin bersama-sama menaikkan peningkatan kapasitas dari oil and gas kita,” katanya. 

BACA JUGA:Pertamina Perkuat Bisnis Rendah Karbon, Dukung Transisi Energi Menuju NZE 2060

BACA JUGA:Hilirisasi Komoditas Bakal Percepat Jalan Menuju Kedaulatan Energi

Menteri Investasi mengatakan perusahaan-perusahaan tersebut membidik potensi besar di sektor energi Indonesia, terutama terkait dengan pengembangan teknologi energi terbarukan dan pengurangan emisi karbon.

Selain sektor energi tradisional, kata Rosan, mereka juga menyampaikan adanya peluang besar di bidang carbon capture dan carbon storage, yang merupakan peluang besar bagi Indonesia dalam mencapai target net zero emission di 2060.

Menteri Rosan juga menyoroti pentingnya pengembangan energi terbarukan, khususnya energi panas bumi, yang mendapat perhatian khusus dari Presiden Prabowo Subianto. Sejauh ini, pengembangan energi pas bumi (geothermal) di Indonesia belum terlalu optimal. Padahal, potensinya amat besar. Baru perusahaan AS seperti Chevron yang konsisten mengembangkan PLTP di Indonesia. 

Perusahaan-perusahaan tersebut juga merespons dengan positif arahan Presiden Prabowo, mengingat beberapa dari mereka sudah berinvestasi di sektor geothermal dan berencana untuk mempercepat proyek-proyeknya.

BACA JUGA:Bagaimana Krisis Energi global Memberikan Pengaruh Terhadap Impor Indonesia

BACA JUGA:komitmen Indonesia Menuju Masa Depan Energi Hijau

Indonesia memiliki total potensi sumber daya panas bumi hingga 23,5 gigawatt, tetapi yang baru dimanfaatkan saat ini hanya sebesar 2,59 gigawatt atau 10 persen. 

Sedikitnya ada sekitar 12 proyek panas bumi yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia, di mana tiga di antaranya merupakan proyek cogeneration geothermal. Total investasi yang dibutuhkan untuk seluruh proyek ini diperkirakan mencapai USD2,16 miliar atau sekitar Rp33,7 triliun.  (**)

 

Sumber Indonesia.go.id 

Kategori :