RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Di tengah upaya pemerintah untuk meningkatkan sektor pertanian sebagai tulang punggung ekonomi, para petani di Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam hal pendapatan.
Modal yang dikeluarkan untuk pertanian sering kali jauh lebih besar dibandingkan dengan penghasilan yang diterima.
Fenomena ini membuat banyak petani terjebak dalam lingkaran utang dan kerugian, sehingga memicu kekhawatiran akan masa depan sektor pertanian.
Sektor pertanian di Indonesia sering kali membutuhkan investasi awal yang signifikan.
BACA JUGA:Perlu Skenario Kompetisi Harga Gabah Petani
BACA JUGA:Petani Direkomendasikan Pakai Pupuk Organik
Untuk memulai usaha pertanian, petani harus mengeluarkan biaya untuk membeli bibit, pupuk, pestisida, dan alat pertanian.
Belum lagi biaya untuk sewa lahan dan tenaga kerja.
Di beberapa daerah, modal yang dikeluarkan bisa mencapai puluhan juta rupiah, tergantung pada jenis tanaman dan skala usaha.
Namun, penghasilan yang diperoleh dari hasil panen sering kali tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan.
Harga komoditas pertanian yang fluktuatif di pasar menjadi salah satu penyebab utama.
BACA JUGA:Pembangunan Irigasi Perpipaan Tuntas, 40 Hektar Lahan Milik Petani Teraliri Air
BACA JUGA:ICD, Perempuan Petani Kopi Serukan Kontribusi dan Kolaborasi
Banyak petani yang mengeluhkan bahwa harga jual hasil pertanian mereka sering kali tidak mencukupi untuk menutup biaya yang dikeluarkan, apalagi untuk memberikan keuntungan.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh petani adalah fluktuasi harga komoditas di pasar.