Tepok Jidat Petani Gurem Bengkulu Utara

--

HULU PALIK RU - Imbas pancaroba cuaca, dirasakan petani cabai di daerah. Seperti diungkap Poniyem, 70 tahun. Asa mengejar untung, lantaran harga cabai yang tengah "pedas" harganya sempat Rp 80 ribu perkilogramnya, sirna seketika. 

Tanaman cabai yang dirawatnya, ketika kemarau panjang, begitu dihantam hujan beberapa kali yang terjadi, kini rontok. Dirasanya, hujan pascakemarau yang mengguyur nyaris dua hari dua malam, seperti dibarengi dengan tebaran virus yang kemudian menyerang batang cabai yang tengah menyanggah sayuran yang masuk dalam jenis buah-buahan itu. 

"Cabe saya rontok. Trus virus nyerang juga. Sepertinya pancaroba cuaca ini, berpengaruh dengan kemunculan penyakit," ujarnya, mengabar. 

"Batang tanaman layu atau ada kutu putih juga," bebernya lagi. 

Sebagai petani gurem, dengan bidang tanam yang tak begitu luas. Ibu tiga anak ini, masih terus berupaya untuk memulihkan tanaman cabainya yang diurusnya berbulan-bulan. Bahkan, kata dia, saat kemarau dirinya mesti membawa air ketika sore hari untuk menyiram bidang tanam, agar senantiasa lembab dan tidak terlalu kerontang, usai dihantam panas menyengat ketika siang.

"Tapi ya namanya ikhtiar mas. Gusti pengeran mboten sare (Tuhan tidak tidur,red)," yakinnya, menghibur diri dalam Tauhid. 

 

Dalam upayanya, Poniyem mengaku sempat merasakan harga moncer tanaman yang acap memantik inflasi ini. Seperti cabai kriting merah, kata dia, sempat di angka Rp 80 ribu pada awal-awal November ini. Begitu juga untuk cabai rawit Rp 60 ribu, cabai setan atau cengis Rp 50 perkilogramnya. 

Menariknya, di tengah heboh lonjakan harga, namun minggu kedua harga jual cabai di daerah cenderung turun. Khususnya di tingkat petani. Layaknya tanaman komoditi seperti karet dan sawit, tak jarang harga di tingkat petani lazim menjadi bulan-bulanan aroma sindikasi monopolistik.  

BACA JUGA:Polsek Ketahun Tempatkan Personel Lalulintas di Titik Rawan

"Minggu kedua ini, cabai keriting merah di jual di pasaran Rp 60 ribu, cabai rawit Rp 50 ribu, cabe setan 40 ribu perkilogram," ungkapnya.

Bersamaan dengan program bantuan pangan (bapang) untuk 34 ribu lebih KK di daerah ini, menjadi sasaran program yang didistribusikan lewat Bulog. Selain itu, menyikapi pancaroba cuaca dan iklim yang memberikan ragam dampak di lingkungan sosial, ada juga bantuan pangan non beras di daerah ini.

Plt Dinas Ketahanan Pangan (DKP) BU, Abdul Hadi, SPt, MM, menjelaskan, program yang baru saja digulirkan di daerah itu, bakal diterima oleh 2.973 KK di daerah. Dia menyampaikan, mekanisme program yang dimotori Bapanas ini, daerah memastikan ketepatan sasaran program. 

Pasalnya, pengadaan bantuan yang meliputi seperti kornet, sarden, minyak manis, bihun, kacang ijo, garam itu. Jika dirupiahkan nilainya sebesar Rp 170-an ribu untuk setiap paket bantuan disalurkan lewat pihak ketiga yang ditunjuk oleh penyelenggara program. 

"Ini merupakan bagian kerja sinergis pusat dan daerah, dalam menangkal kerawanan pangan, menyikapi situasi gagal panen, kekeringan atau terjadinya lonjakan kebutuhan bahan pokok di pasaran," pungkasnya. (bep)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan