Revitalisasi Sekolah Dorong Mutu Pendidikan dan Gerakkan Ekonomi Lokal
Program Revitalisasi Sekolah bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi juga gerakan sosial dan ekonomi masyarakat -(Foto: Dok Kemendikdasmen)-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Program Revitalisasi Sekolah bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi juga gerakan sosial dan ekonomi masyarakat. Hal ini ditegaskan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq dalam Bimbingan Teknis Pendampingan Percepatan Pelaksanaan Bantuan Pemerintah Program Revitalisasi SMA Tahun 2025 yang digelar di Tangerang dan Cibinong pada 10–13 November 2025.
Kegiatan yang diselenggarakan Direktorat Sekolah Menengah Atas (SMA), Kemendikdasmen ini merupakan bagian dari pendampingan pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2025 tentang percepatan revitalisasi satuan pendidikan menengah atas.
Wamendikdasmen Fajar menegaskan bahwa revitalisasi sekolah tidak hanya berorientasi pada pembangunan sarana pendidikan, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal melalui sistem swakelola dan gotong royong masyarakat.
“Program ini bukan sekadar memperbaiki bangunan sekolah, tetapi memberdayakan masyarakat sekitar. Melalui swakelola, warga ikut membangun dan merasakan langsung manfaat ekonominya,” ujar Fajar, dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik.
Ia menjelaskan, program revitalisasi merupakan bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mengurangi kesenjangan antarwilayah. Melalui pendekatan padat karya, kegiatan ini telah menyerap sekitar 300–350 ribu tenaga kerja lokal di seluruh Indonesia.
BACA JUGA:Program Revitalisasi Sekolah di Mukomuko Capai 80 Persen
BACA JUGA:Revitalisasi Sekolah Rp 17,1 Triliun: Investasi Jangka Panjang untuk Pendidikan Bermutu
“Revitalisasi sekolah berarti membangun harapan dan masa depan. Sekolah harus menjadi ruang tumbuh yang sehat—fisik, psikis, sosial, dan spiritual,” tegasnya.
Selain infrastruktur, program revitalisasi juga mencakup percepatan digitalisasi pembelajaran. Hingga 10 November 2025, telah didistribusikan 150.000 unit Papan Interaktif Digital (Interactive Flat Panel/IFP) ke sekolah-sekolah di berbagai daerah, dengan target 288.000 unit pada akhir tahun.
Bahkan sekolah di Pulau Sembilan, Kalimantan Selatan—yang harus ditempuh 10 jam perjalanan laut—telah terhubung jaringan Starlink dan akan menerima perangkat digital tersebut.
“Kami ingin memastikan anak-anak di daerah terpencil mendapat akses belajar setara dengan sekolah di kota besar,” ujar Fajar.
Direktur SMA Winner Jihad Akbar menambahkan, kegiatan pendampingan ini diikuti 561 sekolah penerima bantuan revitalisasi, masing-masing 280 sekolah di Tangerang (dari Kepulauan Riau, Maluku, NTT, dan Papua) serta 281 sekolah di Cibinong (dari Sulawesi Selatan dan Tenggara).
BACA JUGA:Mendagri: MPP Jadi Pemangkas Birokrasi agar Ekonomi Lokal Bertumbuh
BACA JUGA:Cek Dapur MBG di Putri Hijau, Wabup H Sumarno Apresiasi Pemberdayaan Ekonomi Lokal