Warga Rawa Mulya Temui Bupati Mukomuko, Tuntut Penyelesaian Tapal Batas dan Klaim Sepihak Tanah Adat

Terlihat warga Rawa Mulya SP7 saat menemui Bupati Mukomuko-Radar Utara/Wahyudi-

RADARUTARA.BACAKORAN.CO – Ketegangan antar wilayah di Kabupaten Mukomuko kian memuncak. Belasan warga Desa Rawa Mulya SP7, Kecamatan XIV Koto, menemui Bupati Mukomuko H. Choirul Huda, SH, Jumat, 13 Juni 2025.

Mereka menuntut penyelesaian sengketa tapal batas dan konflik lahan seluas 60 hektar yang kini diklaim sebagai tanah adat oleh kelompok dari Kelurahan Bandar Ratu dan Desa Ujung Padang.

Kehadiran warga yang mengatasnamakan diri sebagai Gabungan Masyarakat Perbatasan Rawa Mulya itu bukan tanpa sebab.

Mereka meminta Pemerintah Kabupaten Mukomuko bertindak tegas atas tindakan sepihak kelompok masyarakat yang mengklaim lahan tersebut sebagai tanah adat dan telah melakukan aktivitas fisik menggunakan alat berat, tanpa menghormati sertifikat hak milik warga SP7 yang terbit sejak 1991.

BACA JUGA:Pemetaan Tapal Batas Desa di Mukomuko Butuh Dana

BACA JUGA:Dana Pemetaan Tapal Batas Desa Diusulkan Rp50 Juta Per Desa

Ketua kelompok masyarakat, Sriyono, dalam pertemuan dengan Bupati menyampaikan bahwa dari total 60 hektar lahan yang disengketakan, 44 hektar telah bersertifikat atas nama warga Rawa Mulya sejak lebih dari tiga dekade lalu.

"Warga SP7 sejak lama memperjuangkan lahan ini, termasuk ketika dulu bersengketa dengan CV Adi Mulya Karya. Setelah perusahaan itu tidak lagi beroperasi, kami manfaatkan lahan untuk sawit. Tapi kini sawit kami dirusak karena klaim sepihak ini," tegas Sriyono dengan nada kecewa.

Menurutnya, kelompok dari Bandar Ratu dan Ujung Padang sudah hampir sebulan terakhir melakukan aktivitas pembukaan lahan dengan membuat drainase dan kavling. 

"Ini bukan hanya pelanggaran, tapi juga perusakan. Kami punya sertifikat sah dari negara. Kami minta Bupati segera hentikan aktivitas ilegal ini,” desaknya.

BACA JUGA:DPMD Usulkan Anggaran Pemetaan Tapal Batas Desa

BACA JUGA:Penertiban Tapal Batas Desa Diambil Alih DPMD

Agus Suparmin alias Kisut, warga lainnya, mengungkapkan bahwa ketegangan di lapangan nyaris berujung bentrok. Sekitar 70 warga SP7 sempat mendatangi lokasi lahan dan bersitegang dengan kelompok Bandar Ratu.

"Untung masih bisa menahan diri. Tapi kalau ini terus dibiarkan tanpa penyelesaian, bisa meledak kapan saja," ujarnya dengan serius.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan