Pendidikan = Kerja Paralel Sekolah dan Keluarga

Plt Kepala Dispendik Bengkulu Utara, Sugeng Wiyono, M.Pd,-Radar Utara/Abdurrahman Wachid-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Suksesi pendidikan, bukan hanya capaian kognitif alias akademik. Tapi juga kualitas adab. Hal ini disampaikan Plt Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Bengkulu Utara, Drs Sugeng Wiyono, M.Pd, ketika dibincangi Radar Utara Baca Koran, belum lama ini.
Perbincangan dengan Sugeng dan RU itu, dipangkali dengan masih lazimnya pandangan wali murid, yang menitikberatkan pada capaian akademik. Namun, cenderung kurang mencermati peningkatan kualitas adab. Mencermati perkembangan adab, seperti etika, sopan santun atau tata krama, kata Sugeng, akan melengkapi pembangunan integritas di masa depan.
"Makanya, mendidik itu bukan tugas sekolah saja. Tapi, juga perlu didukung dengan orang tua murid. Pandangan, tugas mendidik adalah sekolah dan guru adalah keliru," ujar Sugeng, menegas.
Untuk itu, Sugeng menegaskan, kerjasama mendidik baik oleh guru di lingkungan sekolah dan berlanjut kembali ke keluarga yakni orang tua, adalah estafet proses yang memiliki spirit paralel.
BACA JUGA:Kolaborasi Wujudkan Pendidikan Bermutu Untuk Semua
BACA JUGA:Hardiknas 2025, Perkuat Komitmen Pendidikan Gratis dan Berkualitas
"Dengan artian, proses mendidik ini harus berjalan bersamaan. Antara keluarga dan sekolah," ujar Sugeng yang merupakan senior pengawas di lingkungan Dispendik Bengkulu Utara ini.
Pemaknaan, mengapa adab lebih tinggi daripada ilmu? terus Sugeng, karena adab merupakan jembatan dalam menimba pola pemikiran yakni nilai-nilai akademik (kognitif), yang nantinya akan berjalan dan berguna seiring sejalan pada saat berada di lingkungan sosial.
"Akan sangat berbahaya ketika orang berilmu, tidak beradab. Kurang lengkap juga, mengutamakan adab, tanpa mengejar ilmu. Artinya, dua hal ini memang harus seiring sejalan," terangnya.
Seorang ilmuwan, terus dia, ketika fokusnya adalah meningkatkan kualitas keilmuan (kognisi) untuk terus membangun dan menemukan pola atau pemikiran baru, tanpa dibarengi dengan antisipasi (adab) sosial atas keilmuan atau temuan ilmu atau terobosannya yang dilakukan, sangat mungkin mengancam kemanusiaan.
BACA JUGA:Pemda Diminta Serius Perhatian Infrastruktur Pendidikan
BACA JUGA:Aroma Sentralistik Urusan Pendidikan dari Daerah
"Nuklir itu bagus, kalau digunakan dengan bijak dan untuk kemanusiaan. Tapi sangat berbahaya, ketika digunakan untuk peperangan. Inilah perlunya peranan adab sebelum ilmu," ia mencontohkan.
Dengan kian meningkatkan perhatian pemerintah kepada tenaga pendidikan dan kependidikan, Sugeng juga berwejang, kalangan lingkungan pendidikan sudah harus memiliki sense of crisis dan sense of mission dalam dinamika pendidikan saat ini.