Modal Besar Penghasilan Kecil, Gak Heran Petani Indonesia Sering Alami Kerugian
ILUSTRASI Petani-shutterstock-
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh petani adalah fluktuasi harga komoditas di pasar.
Misalnya, saat panen raya, harga beras atau sayuran bisa merosot tajam karena pasokan yang melimpah.
Sebaliknya, saat terjadi kekurangan pasokan akibat cuaca buruk atau serangan hama, harga bisa melambung tinggi.
Ketidakpastian ini membuat petani kesulitan dalam merencanakan anggaran dan investasi.
BACA JUGA:Petani di Kawasan Ini Terancam Tak Bisa Bersawah
BACA JUGA:Dibantu Motor Roda Tiga, Petani di Mukomuko Makin Sumringah
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga sejumlah komoditas pertanian sering mengalami penurunan yang drastis saat musim panen.
Dalam beberapa kasus, harga sayuran seperti cabai dan tomat bisa turun hingga 50% dibandingkan harga sebelumnya, menyebabkan kerugian yang signifikan bagi petani.
Selain fluktuasi harga, banyak petani juga mengalami kesulitan dalam mengakses pasar yang lebih luas.
Banyak di antara mereka terjebak dalam sistem pemasaran yang tidak adil, di mana tengkulak atau perantara mengambil keuntungan lebih besar dibandingkan petani.
BACA JUGA:Duta Petani Milenial, Rohidin: Langkah Awal Menuju Pertanian Modern
BACA JUGA:Pertanian Maju, Petani Sejahtera
Akibatnya, petani hanya menerima persentase kecil dari harga jual yang seharusnya mereka dapatkan.
Kurangnya akses informasi tentang harga pasar dan permintaan juga menjadi masalah.
Banyak petani yang tidak memiliki pengetahuan atau alat untuk memantau harga di berbagai daerah, sehingga mereka tidak bisa mengambil keputusan yang tepat saat menjual hasil pertanian mereka.