Pengguna Kendaraan listrik Jangan Khawatir, Tahun 2024 Indonesia Bakal Produksi Baterai

Selasa 28 Nov 2023 - 21:11 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

RADAR UTARA - Bagi pengguna kendaraan berbasis listrik di Indonesia tak perlu khawatir soal baterai pengganti. Saat baterai kendaraan listriknya rusak. Sebab, pemerintah berencana akan memproduksi baterai sendiri mulai tahun 2024 nanti.

Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho memastikan. Produksi baterai untuk kendaraan listrik akan dimulai tahun depan, melalui kerja sama antara holding BUMN dan LG Energy Solution, 

Proyek yang menelan anggaran sebesar 8 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 122 triliun itu. Akan berjalan secara bertahap hingga akhirnya bisa memproduksi 50 Giga Watt Hour (GWh) pada 2034 mendatang.

"Di 2024 kita akan ada 10 GWh (Giga Watt hour) pertama untuk otomotif. Ini yang kerja sama dengan Hyundai, sudah siap beroperasi dengan LG di Karawang," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Senin (27/11/2023).

Selanjutnya, Toto mengatakan, pihaknya juga menyiapkan pembangunan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) sebanyak kurang lebih 5.000 unit. Langkah tersebut dilakukan agar bisa segera mencapai target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 13 persen pada tahun 2024.

BACA JUGA:Wajib Tau! Ini 22 Lagu Wajib Nasional yang Perlu Diketahui

"Di 2034, bahwa kita Indonesia sudah memproduksi sekitar 50 GWh baterai. Ini untuk roda dua dan roda empat dan juga untuk energy storage system (ESS). ESS sangat penting untuk melakukan support terhadap pengembangan EBT," ujar dia. 

Toto mengatakan, melalui penggunaan baterai untuk kendaraan listrik ini nantinya dapat mengurangi emisi CO2 dan ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM).

Selain itu, dengan kehadiran pabrik baterai untuk kendaraan listrik di 2024 juga akan mendorong pembentukan ekosistem baterai. Khususnya soal pengembangan baterai dan energi penyimpanan (ESS) yang merupakan interkoneksi dari seluruh value chain baterai. 

"Kita lihat bahwa potensi dari battery industry itu mengurangi CO2 emission sebanyak hampir 9 juta ton per tahun. itu kurang lebih 8 persen dari transportasi nasional, dan dari segi impor (bahan bakar), diperkirakan hampir 30 juta barel per tahun itu bisa kita dapat hemat dengan menggunakan EV," ujar Toto.

Sebelumnya, Toto mengatakan pengerjaan proyek akan mengedepankan produksi sel baterai di Indonesia. Dimana Antam akan menyuplai sebanyak 16 juta ton bijih nikel per tahun.

Adapun proses produksi rencananya akan ditangani oleh IBC dan Antam, dimana bijih nikel diolah dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leaching atau HPAL. Pengolahan metode tersebut dilakukan dengan memanaskan bijih Nikel pada suhu tinggi yang merupakan proses pembuatan bahan baku sel baterai berupa nikel sulfat, precursor dan katoda untuk selanjutkan IBC merangkai produksi nikel sulfat, precursor hingga Katoda. (red)

Kategori :