Instalasi pipa gas Cisem ini merupakan salah satu dari sarana infrastruktur utama dari KIT Batang, selain jaringan listrik, suplai air baku, pelabuhan dry port, pengelolaan limbah, hingga rumah susun pekerja.
BACA JUGA:Ternyata Segampang Ini, Cara Edit Foto Menggunakan Jas Dan Seragam Secara Online, Buruan Cobain
250 Ribu Naker
KIT Batang yang berada di Kabupaten Batang in i memiliki luas sekitar 4.300 hektare (ha). Berbagai fasilitas juga telah ditawarkan untuk para calon investor, termasuk jaringan gas pipa transmisi yang telah dibangun sejak 2023 dan sudah mulai beroperasi pada tahun ini.
Pembangunan KIT Batang sendiri difokuskan pada pembangunan klaster 1 seluas 3.100 ha yang dibagi menjadi tiga fase. Pembangunan fase 1 seluas 450 ha telah selesai untuk infrastruktur dasar di dalam kawasan.
Dengan perkiraan total investasi mencapai Rp165 triliun, seluruh area pada fase 1 ini telah terisi tenant baik investor asing dan domestik, di antaranya dari Korea Selatan, Taiwan, Belanda, dan Inggris. Fokus pengembangan industri pada fase 1 ini, di antaranya, kimia, otomotif, tekstil, logistik, teknologi informasi dan komunikasi, serta teknologi canggih.
BACA JUGA:Industri Kelapa Indonesia, dari Kebun Rakyat hingga Pasar Dunia
BACA JUGA:Benarkah VPN Bikin Internet Jadi Lambat? Ternyata Ini 7 Alasan Koneksi VPN Lambat
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebutkan, saat ini realisasi nilai investasi dari 18 perusahaan di Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah, mencapai Rp13,34 triliun. Seluruh perusahaan tersebut telah menyerap sedikitnya 19 ribu pekerja.
Menurut Menteri Bahlil, pihaknya menargetkan dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, Kawasan Industri Terpadu Batang ini mampu menyerap 250 ribu tenaga kerja. Selain pabrik alas kaki, pada September 2024, perusahaan asal Korea Selatan, yakni LG siap membangun pabrik katoda di KIT Batang sebagai ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).
Kehadiran pabrik katoda merupakan bagian dari integrasi pembangunan hulu dan hilir ekosistem baterai EV. “Di mana, akan ada prekursor smelter untuk pengembangan sel baterai di Maluku Utara. Kemudian, ada pabrik baterai sel juga di Karawang, Jawa Barat,” kata Menteri Investasi.
Pemerintah membangun Kawasan Industri Batang dan kawasan ekonomi khusus di daerah lainnya karena pada 2019 tensi geopolitik dunia memanas akibat perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
BACA JUGA:Geliat Ekspor Kopi Sumatera Perlu Permodalan, Bagaimana Evaluasi KUR Pemerintah?
Pada saat itu, Presiden Jokowi memandang ada kesempatan besar dari kondisi banyaknya perusahaan yang berbondong-bondong untuk merelokasi industri dan pabriknya ke negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang baik, inflasi rendah, serta memiliki stabilitas dan politik yang bagus. (**)