Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja meresmikan proyek gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) Tangguh Train III di Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat.
Proyek Tangguh Train 3 dibangun dengan investasi USD4,83 miliar atau setara Rp72,45 triliun. “Dengan tuntasnya proyek Tangguh Train 3, kapasitas produksi LNG menjadi 11,4 juta ton per tahun, dan menempatkan blok Tangguh sebagai produsen terbesar LNG Indonesia,” ujarnya pada saat peresmian pengoperasian Train 3 Tangguh, seperti dikutip dari laman Sekretariat Presiden.
Benar, proyek train 3, Blok Tangguh, yang terletak di Teluk Bintuni, Papua Barat, menjadikan blok gas terbesar di Papua memiliki infrastruktur sebanyak 3 train sehingga kapasitas produksi tahunan LNG Tangguh menjadi 11,4 juta ton per tahun. Sebelumnya, melalui dua train yang ada, kapasitas produksi hanya 7,6 juta ton LNG.BACA JUGA:Fasilitas Pemulangan WNI ke Indonesia
“Harapannya, LNG Tangguh dapat berkontribusi signifikan untuk mendukung target produksi gas nasional sebesar 12 miliar kaki kubik per hari pada 2030,” ujar Presiden Jokowi di sambutannya saat peresmian.
Yang menarik dari keberadaan proyek train 3 LNG Blok Tangguh, pasar LNG-nya sudah ada pembelinya, yakni PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan offtaker atau pembeli dari pasar internasional.
"Jadi proyek LNG itu sebelum dibangun sudah dapat sumber pendanaannya. Itu yang jadi komitmen sehingga proyek train 3 bisa dijalankan dan dirampungkan," ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Sebagai informasi, proyek Blok Tangguh, Provinsi Papua Barat, Indonesia, merupakan proyek berstatus proyek strategis nasional (PSN). Blok itu memulai operasinya sejak 2009.
Di Blok Tangguh, BP berperan sebagai operator dengan porsi kepemilikan 40,22 persen. Kemudian MI Berau BV 16,3 persen, CNOOC Muturi Ltd 13.90 persen, Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd 12.23 persen, KG Berau Petroleum Ltd 8.56 persen, KG Wiriagar Petroleum Ltd 1.44 persen, dan Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc 7.35 persen.