Tercatat pada 2023, kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) mempekerjakan sekitar 100.000 orang, terdiri dari 85.000 tenaga kerja Indonesia dan 15.000 tenaga kerja asing. Sebagian besar tenaga kerja terserap di sektor pengolahan nikel, yang merupakan sektor utama di Morowali.
BACA JUGA:Upaya Pemerintah Mendorong Hilirisasi Komoditas Kelapa
BACA JUGA: BRIN Butuh Kolaboasi Tingkatkan Hilirisasi Produk Riset
Selain itu, seiring dengan peningkatan investasi dan pengembangan smelter, penyerapan tenaga kerja di Morowali juga meningkat selama periode tersebut, termasuk sekitar 12.000 hingga 15.000 pekerja pada fase konstruksi proyek smelter besar, dan sekitar 3.000 pekerja di fase operasional.
Mempertahankan Lifting Migas
Selain hilirisasi, Presiden Joko Widodo juga menyoroti pentingnya meningkatkan produksi minyak dan gas dalam negeri. Ia menegaskan agar lifting minyak tidak boleh dibiarkan terus turun, karena hal tersebut akan meningkatkan impor dan menguras devisa negara.
Untuk itu, Presiden meminta badan usaha baik Pertamina, Badan Usaha Milik Negara, swasta maupun melalui kerja sama dengan pihak asing untuk berupaya meningkatkan lifting migas nasional
Merujuk APBN Tahun 2024, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor migas ditargetkan sebesar Rp110,15 triliun, yang dihitung dengan menggunakan asumsi makro lifting minyak bumi (635 MBOPD), lifting gas bumi (1.033 MBOEPD), ICP (USD82,00 per barel) dengan nilai tukar Rp15.000 per USD.
BACA JUGA: Menghitung Cuan Hilirisasi Industri Sawit
BACA JUGA: Hilirisasi Tepat, Tuai Hasil Positif
Dari asumsi-asumi tersebut, dalam Semester I-2024, realisasi dari lifting minyak dan gas bumi, serta Indonesia Crude Price (ICP) secara nasional untuk minyak bumi rata-rata sebesar 576 MBOPD atau mencapai 90,73% dibanding target APBN 2024.
Meski pencapaian target lifting migas masih menghadapi banyak kendala di lapangan, Kementerian ESDM memastikan bahwa penguatan koordinasi antara pihaknya dengan Satuan Kerja Khusus (SKK) Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas, Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) dan seluruh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terus dilakukan.
Terutama dalam upaya mempertahankan dan/atau meningkatkan produksi migas pada tahun-tahun berikutnya dengan beberapa cara. Pertama, melakukan percepatan pengembangan lapangan baru.
Kedua, melakukan percepatan produksi di lapangan-lapangan baru dan lama. Ketiga, mengoptimalisasi perolehan minyak dari cadangan minyak yang ada pada lapangan-lapangan yang telah beroperasi melalui peningkatan manajemen cadangan minyak.
BACA JUGA:Upaya Pemerintah Mendorong Hilirisasi Komoditas Kelapa
BACA JUGA: BRIN Butuh Kolaboasi Tingkatkan Hilirisasi Produk Riset
Keempat, meningkatkan keandalan fasilitasi produksi dan sarana penunjang untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan frekuensi unplaned shutdown sehingga dapat menurunkan kehilangan peluang produksi minyak; dan kelima mengupayakan peningkatan cadangan melalui kegiatan eksplorasi dan penerapan enhanced oil recovery (EOR).