Perilaku Seksual Menyimpang LSL, Penyumbang Terbesar HIV AIDS di Bengkulu

Reporter: Doni Aftarizal |

Editor: Ependi |

Selasa , 21 May 2024 - 21:01

ILUSTRASI-Istimewa/NET-

BENGKULU RU - Perilaku seksual menyimpang Lelaki Suka Lelaki (LSL), disebut penyumbang terbesar angka penderita Human Immunodeficiency Virus Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV AIDS) di Bengkulu.

Ini berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Provinsi Bengkulu, Ruslian, SKM, M.Si mengatakan, sepanjang tahun 2024 ini, terdapat 71 kasus baru HIV AIDS di Bengkulu.

"Sehingga jika dihitung sejak tahun 2023 lalu sampai dengan saat ini, di Bengkulu totalnya terdapat 280 kasus HIV AIDS," ungkap Ruslian.

Menurut Ruslian, dari total kasus tersebut, penyumbang terbesar atau terbanyak penderita HIV AIDS yakni perilaku seksual menyimpang LSL.

"Berdasarkan catatan kita, penderita HIV AIDS akibat LSL ini sebanyak 60 kasus atau 28 persen dari total kasus yang ada. Selanjutnya disumbangkan populasi umum seperti wanita pekerja seks, dan pengguna narkoba dengan suntikan," beber Ruslian.

Disisi lain, Ruslian menerangkan, untuk di Provinsi Bengkulu, kasus HIV AIDS terbanyak berada di Kota Bengkulu, yakni sebanyak 47 kasus.

"Kemudian Kabupaten Rejang Lebong 8 kasus, Bengkulu Utara dan Kepahiang masing-masing 5 kasus, Mukomuko 4 kasus, serta Lebong dan Bengkulu Tengah masing-masing 1 kasus," terang Ruslian.

Ruslian menambahkan, angka penderita HIV AIDS diperoleh berdasarkan hasil skrining di lapangan, yang dilakukan petugas dengan sasaran populasi kunci, terutama kepada Pekerja Seks Komersial (PSK).

"Selain itu skrining juga dilakukan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pesona kepada kelompok LSL, dan dari hasil penderita yang datang langsung ke fasilitas kesehatan," tambah Ruslian.

perilaku seksual menyimpang lsl, penyumbang terbesar hiv aids di bengkulu                            bengkulu ru - perilaku seksual menyimpang lelaki suka lelaki (lsl), disebut penyumbang terbesar angka penderita human immunodeficiency virus acquired immune deficiency syndrome (hiv aids) di bengkulu.
ini berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan (dinkes) provinsi bengkulu.
kepala bidang (kabid) pencegahan dan penanggulangan penyakit (p2p) dinkes provinsi bengkulu, ruslian, skm, m.si mengatakan, sepanjang tahun 2024 ini, terdapat 71 kasus baru hiv aids di bengkulu.
"sehingga jika dihitung sejak tahun 2023 lalu sampai dengan saat ini, di bengkulu totalnya terdapat 280 kasus hiv aids," ungkap ruslian.
baca juga:pilwakot bengkulu, berpeluang ada koalisi besar parpol
baca juga:lagi, rel molek tertimbun longsor, akses lebong tandai lumpuh
menurut ruslian, dari total kasus tersebut, penyumbang terbesar atau terbanyak penderita hiv aids yakni perilaku seksual menyimpang lsl.
"berdasarkan catatan kita, penderita hiv aids akibat lsl ini sebanyak 60 kasus atau 28 persen dari total kasus yang ada. selanjutnya disumbangkan populasi umum seperti wanita pekerja seks, dan pengguna narkoba dengan suntikan," beber ruslian.
disisi lain, ruslian menerangkan, untuk di provinsi bengkulu, kasus hiv aids terbanyak berada di kota bengkulu, yakni sebanyak 47 kasus.
"kemudian kabupaten rejang lebong 8 kasus, bengkulu utara dan kepahiang masing-masing 5 kasus, mukomuko 4 kasus, serta lebong dan bengkulu tengah masing-masing 1 kasus," terang ruslian.
baca juga:dorong percepatan perda mha enggano
baca juga:lepas 46 cjh khusus, ini pesan gubernur rohidin
ruslian menambahkan, angka penderita hiv aids diperoleh berdasarkan hasil skrining di lapangan, yang dilakukan petugas dengan sasaran populasi kunci, terutama kepada pekerja seks komersial (psk). 
"selain itu skrining juga dilakukan lembaga swadaya masyarakat (lsm) pesona kepada kelompok lsl, dan dari hasil penderita yang datang langsung ke fasilitas kesehatan," tambah ruslian.
lebih lanjut ruslian menyampaikan, sejauh ini pemerintah terus berupaya melakukan pencegahan penyebaran kasus hiv aids, tentunya tidak dengan hanya melakukan skrining saja.
"tetapi juga pemberian pengobatan dan pendampingan secara gratis, serta pemeriksaan secara berkala terhadap kelompok rentan. kita menargetkan tahun 2030 hiv adis di bengkulu three zero atau tidak ada kasus kematian dan tidak ada kasus baru, serta diskriminasi," demikian ruslian. (tux)

Tag

Share

Koran Terkait

Kembali ke koran edisi Radar Utara, 22 Mei 2024

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan